Yup, perjalanan masih lanjut. Pencahayaan malam itu benar - benar mengandalkan cahaya lampu mobil. Kondisi jalanan juga tidak selalu baik, ada saja lubang yang cukup besar bahkan bagi mobil yang menghambat perjalanan kami. Gue tidak tahu betul apakah kami pulang menggunakan jalur yang sama dengan jalur berangkat, sepanjang perjalanan gue hanya tertidur dan sesekali terbangun akibat rusaknya jalan tadi. Sampai akhirnya kami berhenti di sebuah minimarket, supirnya yang adalah saudara Bang Dicky, butuh istirahat dan kami pun butuh minum. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan lagi.
Hingga akhirnya kami melalui tikungan tajam yang gue ingat itu adalah jalur Mas Supir tadi pagi balapan dengan mobil bak. Tidak jauh dari situ, kami mendapati pemandangan yang bagus. Tikungan tajam menanjak itu, pada malam menyajikan hamparan cahaya lampu kota yang indah. Itu memang tanjakan bukit. Kami mampir sejenak untuk berfoto dan beristirahat lagi. Karena cahaya yang minim, segala usaha dilakukan untuk mendapat foto dengan hasil yang baik. Gue menyalakan senter dari gadget gue & Bayu mengambil foto menggunakan gadget nya, dibanding menggunakan blitz bawaan kamera.. entah kenapa cara itu memberikan hasil lebih baik.
Gue yang memulai cara itu, menggunakan senter dari gadget sebagai lighting tambahan, untuk mengambil gambar Hendra & Dwi. Bergantian Dwi pun membantu memberikan lighting saat Adit, Gue, Hendra & Bayu foto bersama. Kami mengobrol sedikit hingga akhirnya melanjutkan perjalanan ke Jogja. Waktu sudah memasuki jam makan malam dan kami mulai mencari - cari tempat recommended untuk itu. Bayu punya satu tempat yang menarik, bukan makanan khas Jogja (lo tau kan gue susah makan makanan manis), tapi yang ini sepertinya menarik. Mie ayam pinggir jalan yang katanya enak, punya level kepedasan yang bisa dipesan. Namanya Mie Ayam Kamehame.
![]() |
Suasana di Mie Kamehame |
Hari Ketiga : Adventure Time
Pagi - pagi kami bangun, tidak begitu pagi juga sih (terutama gue). Ibam baru saja dari luar tapi dia baru saja tersesat, memasuki kamar orang lain. Setelah itu gue juga keluar, karena Nyonya Besar minta dihubungi dan teman - teman gue brengsek klo gue sedang teleponan bersama Nyonya. Seorang cleaning service bilang ke gue bahwa gue dicari seorang teman kami yang lain. Gue tahu yang dimaksud itu adalah Hendra, dia sedang sarapan bersama Dwi. Gue coba mencari mereka dan sial, apa yang terjadi ke Ibam juga terjadi ke gue... ketakutan mengalami salah kamar seperti Ibam, gue pun cuma mondar - mandir meyakinkan diri gue di kamar yang mana. Sharing room membuat gue tidak memerdulikan nomor kamar gue, pikiran gue sebelumnya gue hanya mengikuti teman saja tanpa peduli nomor kamar tapi malah jadi kesulitan bagi gue sendiri.Berusaha menelepon Adit, berpura - pura memanggil karena gue tahu klo gue bilang lupa pasti mereka akan meledek dan mempersulit keadaan. Kalian memang pria brengsek! Sampai akhirnya gue beranikan diri membuka kamar yang gue yakini itu kamar gue. Eurekaa!! Gue tanya Adit kenapa telepon gue tidak diangkat, lo tau dia jawab apa? Dia tahu pasti gue lupa dimana kamarnya, jadi telepon gue diabaikan. Gue bilang juga apa!?? Sudah kembali ke kamar, kami mengobrol sampai akhirnya Hendra menghampiri kami ke kamar, setelah itu kami pergi sarapan. Gue dan Adit sarapan bubur, Ibam yang generasi milenial membeli sarapan di minimarket. Next. Kami kembali ke hotel & Hendra menawarkan trip ke bukit berdasarkan review yang dia lihat dari youtube. Hendra pun sudah mencari penyewaan motor. Sungguh teman yang bisa diandalkan.
![]() |
Perjalanan menuju Bukit Mojo Gumelem |
Di bukit tersebut jalurnya mudah, karena walaupun di perbukitan sekalipun, rute - rutenya jelas untuk setiap destinasi - destinasi wisata. Setidaknya dari yang sudah gue lewati dan arah tujuan gue. Adit yang mendapat jatah kendaraan dengan kondisi rem yang kurang baik harus sesekali tertinggal akibat jalur perbukitan yang naik - turun, belum lagi kewaspadaan terhadap kendaraan mobil atau truk yang turun dari atas. Kesulitan tersebut, bagaimanapun terbayar. Akhirnya kami sampai di lokasi, kami parkir di tempat yang disediakan. Disitu sudah ada 2 ibu - ibu, sepertinya mereka yang menjaga parkiran tersebut walaupun hanya dengan sederhana, yaitu ditunggui. Tanpa karcis. Begitu murah hingga pembayarannya ditalangi oleh Dwi. Terima kasih ya Dwi. Barang pun bisa ditinggal dengan aman tanpa extra charge. Wonderful Indonesia bukan?
Sepertinya tempat ini adalah pengembangan dari pemerintah setempat untuk menunjang ekonomi warganya melalui pariwisata. Tidak begitu komersil seperti tempat wisata alam biasanya, cukup terbuka dan bebas masuk. Mungkin karena sepi juga. Ada spot - spot yang disediakan demi menunjang foto - foto ala jaman sekarang, spot tersebut seperti dilabeli harga jika ingin berfoto disitu. Semakin yakin, karena sepi, maka label harga itu cuma pajangan karena tidak ada yang menjaga. Masing - masing kami langsung berpisah mencari lokasi berfoto yang menarik, gratisan cuy!!
![]() |
Salah satu spot berfoto di Bukit Mojo Gumelem |
Berbincang kami masing - masing, Ibam dengan temannya & Gue bersama Adit sambil menunggu sore. Sesudah itu kami berpisah dengan teman Ibam, mengantar Adit mencari oleh - oleh. Sempat salah jalan, akibat mengikuti google map secara pasrah, kami dibawa menyebrangi jalan Malioboro yang kebetulan sedang ada pawai. Kami menunggu. Atas desakan antrian di belakang kami pun berusaha menerobos, ternyata kendaraan di depan kami bukan sedang menunggu pawai tapi malah sedang memakirkan motornya di tengah jalan sambil menonton pawai yang bahkan sudah berlalu. Begitu lah kesadaran Indonesia yang minim dalam berkendara. Akhirnya kami berhasil menerobos keramaian dari sisa pawai melanjutkan perjalanan ke pia kesukaan gue di Jogja, namanya Pia Kencana. LO HARUS COBA! Gue tau pia ini dari Mba Ninda, sewaktu kuliah dia pernah memberikan ini sebagai oleh - oleh untuk kami dan sewaktu kami semua pergi ke Jogja dulu, akhirnya gue paksakan teman - teman yang lain kesini demi pia itu.
Sulit memang mencarinya, karena pia ini berada pada suatu restoran bukan kios tersendiri. Mungkin karena dari grup perusahaan yang sama. Adit sebenarnya sudah menyadari dari hotel sewaktu kami keluar sarapan, karena di dekat hotel kami menginap tadi, seingat Adit ada restoran dengan nama yang sama. Tanpa berdebat panjang tentang itu, gue pasrah saja karena toh sudah berlalu juga. Gue cuma beli 1 kotak pia, bukan sebagai oleh - oleh tapi sebagai bekal melanjutkan perjalanan. Adit membeli beberapa kotak untuk oleh - oleh, sementara Ibam? Hmm Ibam hanya membawa dodol snack pernikahan Bang Dicky yang disajikan ke kami dan tersisa banyak sewaktu di Pacitan.
Hari sudah menjelang sore, Ibam & Adit akan berangkat pada 18.30. Kami menghubungi Hendra, berkoordinasi mekanisme pengembalian kendaraan. KTP kami memang ditahan oleh pengelola penyewa, syarat standar penyewaan kendaraan. Akibat persaingan bisnis, sewa kendaraan kini bisa diantar baik peminjaman maupun pengembalian dengan fleksibel, apalagi di tempat - tempat umum seperti stasiun. Hendra memberikan kami kontak penyewanya untuk membuat janji pengembalian, kami menghubungi mas nya. Tempat pengembalian ditentukan, Stasiun Lempuyangan, kami juga melanjutkan perjalanan disitu. Adit & Ibam ke Jakarta sementara gue ke Surabaya. Begitu lah kami ke Stasiun Lempuyangan, bertukar kunci motor & KTP dengan Mas Penyewanya lalu masuk ke stasiun untuk beristirahat.
Gue ingat bahwa Bayu juga seharusnya pulang sore itu, gue minta Adit untuk menghubungi Bayu. Sayangnya ternyata Bayu pulang dari Stasiun Jogjakarta. Usaha berkumpul lagi sebelum pulang gagal. Atas kemajuan layanan KAI saat ini, sambil menunggu kami charge gadget. Kereta gue berangkat 1 jam lebih lama dari Ibam & Adit dan berpisahlah gue dari mereka menuju tujuan masing - masing.
No comments:
Post a Comment