Thursday, March 14, 2013

Mount Bromo Trip. [II]

Iinu's secret weapon?!
Sekarang lanjut review gw setibanya di Malang setelah perjalanan yang cukup panjang tadi. Teman kami, Iinu, sudah menunggu di terminal untuk memandu kami menuju kos-nya. Check point pertama, kos Iinu. Oia satu hal yang menarik perhatian gw, jalan - jalan di Surabaya yang jalan utamanya terdiri dari 3 ruas dimana ada taman cukup ramai tanaman sebagai pembatas antar arah berlawanan dan pepohonan rindang di situ dan di tepi jalan di perjalanan gw sebelumnya dari stasiun menuju terminal cukup menyegarkan apalagi bila diingat itu sebuat kota dibanding kota tempat gw tinggal yang cukup gersang. Berbeda dengan Malang, jalannya cukup rumit, tidak sedikit gw temui perempatan jalan. Sungguh membingungkan bagi mereka yang baru tiba di daerah itu termasuk gw, tapi tak apalah, ada Iinu sebagai guide.

Istirahat sambil menunggu Ulul yang sedang memraktekan materi kuliahnya, mengamati dan menyimpulkan reaksi ikan yang diberi deterjen. Gw masih kurang paham dengan tujuan itu, yang gw tau, gw bisa langsung simpulkan efeknya pada ikan itu. Mati. That's all. Tapi secara ilmiah dan mungkin dibutuhkan data dan fakta mengenai dampak limbah rumah tangga terhadap ekosistem maupun ikan itu. Sekaligus gw bersama Linda menunggu Yoga dan Iinu yang sedang pergi menyewa mobil dengan motor Iinu sebagai jaminannya. Hanya Yoga yang bisa mengendarai mobil saat itu, namun menurut gw Yoga masih kurang berpengalaman sehingga terjadi beberapa kali mati mesin saat mengoper gigi but afterall our trip, he's a cool driver.

Watch out!! Yoga was driving.
Setibanya malam, yah karena kami ingin menyaksikan sunrise dari Gunung Bromo jadi kami memutuskan berangkat di waktu itu. Sebelumnya kami mampir di daerah Batu, nama yang aneh, tapi di sana ada tempat wisata kuliner yang asyik. Ada tansu (Baca: Ketan Susu) yang legendaris, katanya, pokoknya tansu dari Kemayoran, Jakarta gak ada tandingannya. Itu enak -- Udah gitu aja. Di awal kami ditolak oleh dua kios pedagang karena mereka kehabisan stok dan anehnya gw perhatikan pelanggan mereka seperti terus bertambah padahal dengan kondisi mereka yang kehabisan stok.

Selang dari kios pertama ke kios selanjutnya, kami sempatkan naik bianglala. Itu cukup seru lho, pemerintah di sana sepertinya tau betul cara menghibur warga, cukup tiga ribu sudah bisa menikmati itu dan anehnya di hari libur itu tidak ada antrian. Mungkin warga di sana sudah bosan, tapi bagi turis lokal kayak gw itu hiburan. Selesai dari itu dan penolakan kami di kios ke dua dan mulai putus asa dengan menu tansu malam itu, kami bertolak ke kios susu segar, bukan STMJ -- gw gak tau artinya apa -- yang kata Jupe sampai tumpeh - tumpeh. Itu enak dan inilah yang mungkin disebut orang lain takdir, the real legendary tansunya malah ketemu dan doi masih jualan. Gak sia - sia akhirnya, sambil nunggu pesanan kami yang memang lama, tidak gw ragukan pelanggannya mengantri, peluang bisnis sepertinya, Linda, Iinu, Yoga dan Ulul pun bermain poker dan gw bersama Unyi hanya menonton. Cukup lama kami menunggu dan rasa penasaran timbul kapan kami dilayani..... Oalah ternyata pesanan kami terlewat, setelah itu kami langsung dilayani dan mendapat pesanan kami.

Kenyang dengan tansu dan susu segar kami berpaling ke Gunung Bromo, seperti yang gw bilang tadi mengenai pengalaman Yoga menyetir. Akhirnya kami pun berinisiatif untuk berusaha tidak terlelap untuk menemani Yoga sampai tujuan. Apalagi dengan kodisi jalan yang menanjak, itu kenapa gw salut sama dia karena sukses membawa kami sampai ke atas. Walaupun terjadi sekali secara tidak sengaja mesin mati ditanjakan karena kami berpapasan dengan mobil yang turun sehingga Yoga harus menurunkan kecepatan sambil menjaga agar mobil tidak mundur, semua terdiam seperti menahan napas seolah hembusan napas bisa mendorong mobil mundur ke jurang. Mungkin berlebihan tapi begitulah momen itu berjalan. Selanjutnya perjalanan kami cukup mulus sampai akhirnya sekitar pukul 2 pagi kami tiba di check point kedua, perumahan Suku Tengger untuk selanjutnya menaiki Jeep yang disupiri oleh warga sekitar yang berpengalaman terhadap jalur Gunung Bromo karena medan yang ditempuh cukup berat bagi mobil biasa dan berbahaya bagi mereka yang tidak tahu betul wilayah itu.

No comments:

Post a Comment