Monday, March 10, 2014

Pride, Proud & Self-Regard

Definisi kata makian kian hari makin meluas di kamus - kamus dunia. Setiap bahasa memiliki varian hujatan yang masing - masing unik. Semua itu dapat digunakan orang lain untuk merendahkan dirimu di mata mereka. Membuatmu seolah kamu tidak lagi mempunyai harga diri di mata dunia, padahal itu hanya sebatas perspektif mereka sendiri yang tidak terbukti nilai valid argumentasinya. Siapa yang berhak menilaimu? Bahkan orang tuamu pun tidak berhak; hanya Tuhan yang memiliki otoritas itu, sisanya hanya sebatas pendapat.

Mengapa kau pusingkan itu!? Bagaimanapun orang lain merendahkanmu berdasarkan opini yang mereka bangun, hidupmu tidak berubah sedikitpun kecuali kau mulai mempersoalkan apa yang mereka katakan bahkan dalam hatimu sekalipun. Angkuh, yah itu memang keangkuhan. Tidak satupun di dunia ini yang berhak menghakimimu, kecuali kau sendiri dan Tuhan. Tuhan sudah melayakkan hidup kita dan tugas kita menjaga bahkan membuatnya lebih baik.

Dalam kitabku (baca: Injil) terdapat perumpamaan anak hilang, tentang anak saudagar yang pergi bersenang - senang menggunakan jatahnya atas harta ayahnya. Menghinakan dirinya sendiri, bersenang - senang dalam dosa. Setelah dia tidak berdaya dalam kemiskinan, dia kembali pada bapaknya lalu dengan segala kemegahan bapaknya menyambut anaknya yang hilang. Sedikitpun tidak terlibat pihak ketiga dalam cerita tersebut, anak yang perihal ini kita dan bapak yaitu Tuhan. Hanya kau yang menentukan hidupmu untuk lebih baik, beserta Tuhanmu atau tidak.

Bercermin, berkaca atau intropeksi diri itu perlu; bahkan sekarang sudah ada cara yang lebih modern, "Selfie" (Aku ingin menulis filosofi Selfie sesudah ini hehe). Sangat aku akui, kadang pandangan orang lain membantu kita memahami bagaimana diri kita namun bukan mendikte. Dengan segala kebijakan, kau harus mengoreksi dirimu sendiri, bukan orang lain. Melatih pemikiran kita lebih baik.

Hormati hidupmu, jangan kau merendahkannya. Jika kau tidak menghargainya, lantas siapa lagi? Jangan kau campuri kehidupan orang lain terlalu dalam jika kehadiranmu tidak berdampak positif dalam berbagai aspek. Hadir lah di dunia ini sebagai sebuah keuntungan, positif, menceriakan dan jika kau tidak mau maka jangan terlibat dan sibukanlah dirimu pada dunia dimana kau menginginkannya untuk itu. Bagaimanapun kita harus terlibat dengan dunia ini, tidak bisa kau menghindar dari perdaban. Jika pun bisa, sama seperti yang telah kucantumkan dalam artikel ini.. pajak tetap mendampingimu. Dengan tuntutan tersebut hidupmu  haruslah baik dan dirimu harus berharga bahkan di mata hatimu sendiri.

No comments:

Post a Comment