Wednesday, November 21, 2012

Hyperbola Perang Israel - Palestina

Beberapa saat yang lalu Israel melakukan serangan terhadap Palestina, korbannya gak sedikit dan gak pandang juga. Anak kecil dan bahkan bayi, seperti yang pernah gw share di facebook bahwa orang tua yang menguburkan anaknya itu memiliki kesedihan yang berbeda ketimbang hal sebaliknya. Israel menyerang kawasan sipil dan logikanya sih sudah melanggar etika perang yang seharusnya jika PBB tegas betul maka Israel sudah mendapatkan sanksi terhadap kasus ini. Tapi gw ketinggalan informasi mengenai berita ini, di samping gw juga kurang tertarik sama berita berkonten "Perang Israel - Palestina".


Mungkin lo anggap gw pro zionis, tidak manusiawi, tidak peduli atau apalah itu. Peperangan itu memang kejam bro! Gak tau berapa nyawa yang harus berkorban demi memenangkan itu tapi memang perang tidak menyelesaikan apa - apa kecuali politik. Sebutkan perang besar yang pernah terjadi di dunia? PD I dan PD II, blok yang menang dan yang kalah sama - sama mandiri sekarang bahkan Jerman yang dikenal bintang antagonis utama dari kedua perang sekarang menjadi negara yang lebih hebat dari pada AS (secara ekonomi dan politik). So persepsi awal gw tentang perang tidak akan berubah.

Selain itu isu bahwa Perang Israel dan Palestina dikaitkan dengan perang agama adalah benar - benar omong kosong, rakyat kita telah terbual oleh rumor. Mereka sudah berperang sebelum isu agama mendunia, sejak jaman nabi, jika lo kaitkan Perang Salib dengan perang agama mungkin yah dan maka jika ditinjau ulang Perang Salib bukan perang pembela Israel melawan pembela Palestina. Mungkin klo pada prakteknya warga Palestina berperang sambil menyerukan *maaf jika membahas detail sebuah istilah agama*, "Allahu Akbar!" menurut gw bukan berarti mereka sedang berperang agama. Bagi gw seorang muslim wajib mengatakan itu sewaktu berperang, sama seperti gw mungkin saat sedang berperang maka gw akan menyerukan istilah - istilah agama gw. Hal ini dimaksudkan bahwa mereka berperang dengan doa dan iman kepada agamanya, kepada tuhannya. Sama seperti lo saat ujian sekolah, ketika lo mengimani tuhan lo untuk menuntun lo menyelesaikan itu apa berarti lo sedang ujian agama? So please jangan menggabungkan isu ini dengan perang agama, karena menurut gw itu lebih ke hal man to man, pribadi pada tuhannya bukan ke publik.

Ingat tidak menggubris kasus ini bukan berarti lo tidak peduli juga, ayolah negara kita pun mengalami hal yang sama. Gak tau ada berapa orang kesakitan yang gak punya uang untuk berobat, gak punya uang untuk makan bahkan rumah pun gak punya. Miris! Negara lo miris, ketika di Palestina berjuang demi kedaulatan sementara di sini kita berjuang sendiri - sendiri, sendiri demi kelompok, bukan demi kedaulatan bangsa ini. Gw ingat cerita temen gw, dia bertemu dengan tukang buah di depan kantor klien kami, tukang buah itu menangis. Menurut temen gw kemungkinan itu antara belum makan atau gak laku - laku dagangannya atau mungkin ada hal lain yang lebih buruk dan bitch please ini ibukota lalu kita masih menemukan orang susah? Ngapain lo berteriak soal negeri orang? Sodara kita di sini mati kelaparan, mati kesakitan, mati kesusahan, lebih sakit.

Tebak dampak apa yang kita punyai ketika kita bisa menjadi bangsa mandiri, bangsa hebat? Lo bisa ancam perekonomian dunia jika Israel masih terus - menerus menyerang Palestina! Kita blok laut kita, kita tutup ekspor kita, klo perlu perekonomian tertutup sekalian macam Rusia atau Korea Utara. Itu gak gila man, klo gila Alm. Soekarno gak bakal berani ancam - ancam USA bahkan PBB. Jadi coba pikirkan baik - baik mengenai hal ini, menurut gw koreksi diri aja. Israel dan Palestina itu kayak cerita - cerita shitnetron yang marak diceritakan di televisi nasional kita kok, keluarga kita tonton dan mereka senang. Padahal kontennya gak mutu dan gak pantas. Secara emosional saja ternyata kita menerimanya, maka menurut gw itu kemunafikan. Ini problema yang terjadi sama bangsa kita, sibuk menengok negeri orang tapi rumahnya ternyata masih berantakan. Coba sekali - kali lo perhatikan bangsa lo sendiri.


No comments:

Post a Comment