Menawarkan jasanya agar mempermudah kami, yang butuh pelayanan dari pemerintah. Syarat pertama adalah mengambil formulir pada front desk. Tapi dari mana kita ketahui formulir terdapat di front desk? Tidak tahu dan kita harus mencari tahu. Memasuki samsat untuk pertama kali seperti orang tersasar dan di waktu yang sama mendapat tawaran sesat (Baca: Calo). Bagaimana menciptakan pelayanan yang bersih jika lebih memudahkan tindakan pelanggaran terjadi?
Yep setelah gue mendapat formulir pendaftaran gue mencoba mengisinya, sangat membingungkan, instruksi kurang jelas sayangnya. Ini nilai (+) untuk pihak pemerintah, terdapat contoh form yang sudah terisi ditempel pada tembok dekat mengisi formulir. Jasa calo juga masih ditawarkan. Terdapat beberapa jenis jasa calo gue temui, di antaranya
- Diurusi sampai selesai (katanya setengah jam selesai)
- Diisikan (buat mereka yang manja)
- Sewa pulpen (Guess what? It costs goceng! Nonsense!)
Front desk seperti tidak peduli pada kami, sibuk dalam mengurusi calo yang lalu lalang meminta tanda tangan agar mempercepat proses. Form telah gue lengkapi, gue menyerahkan formulir pada loket 1 di lantai yang sama, loket pendaftaran. Setelah mengantri berlama - lama ternyata bagi motor yang tidak memiliki BPKB harus mengurusnya di lantai 2. Tetap dengan pelayanan yang ketus. Tidak apa lah, mungkin mereka lelah menangani kami. Mengurus ke lantai 2 ternyata sama saja, membingungkan, gue menunggu di loket 1, yah, loket pendaftaran juga namanya.
Setelah menunggu dengan ketus pula gue dioper ke loket 8. Sungguh mengesalkan ketika gue ke loket 8 petugas hanya memberikan cap. Gue kira akan ada administrasi khusus karena belum memiliki BPKB, ternyata hanya sebuah cap yang sangat tidak jelas fungsinya. Setelah mendapat cap gue diminta ke loket 1, sungguh tidak jelas, gue kira loket 1 di lantai 2, lantai yang sama, ternyata setelah gue mengantri di loket itu gue malah kembali diberi komentar ketus untuk mengurusnya di loket lantai 1. FYI sambil mengantri di situ, sungguh memalukan seorang anggota TNI sedang menyerahkan sebuah dokumen untuk diurus dan terselip uang Rp. 50.000 di bawahnya.
Setelah itu prosedur selanjutnya gue jalani dengan gue akui cukup prosedural SOP-nya. Mungkin ini hanya pandangan subyektif gue, tapi beberapa kali gue menemukan seperti hanya calo yang mengantri dan mendapat layanan cepat di antara kami, yang benar - benar mengurus STNK. Sisanya standar dan tetap sikap udik manusia yang tidak mau mengantri malah memperburuk loket proses pengambilan di setiap - setiap loket yang tersedia. Sungguh gue sesali hari itu terjadi di instansi pemerintah yang notabene telah digaji oleh rakyat dan ditugaskan sekaligus bermoto "Melindungi, Mengayomi dan Melayani Masyarakat".