Wednesday, August 28, 2013

Institusi Pendidikan [sempat] Kehilangan Kharisma

Beberapa waktu yang lalu kita dihebohkan oleh kekonyollan institusi pendidikan dengan hancurnya manajemen Ujian Nasional SD, diikuti dengan kasus saling tuduh orang di dalamnya bahkan hal itu dilakukan oleh pemimpinnya. Kasus baru mencuak mengenai tes keperawanan, hal konyol lainnya yang dilakukan oleh institusi pendidikan. Institusi pendidikan cabang suatu daerah memutuskan untuk melakukan tes tersebut demi terjaganya kualitas pelajar, aku tak paham betul teknisnya namun hal ini benar - benar memilukan.

Ini adalah negara merdeka, bahkan dimerdekakan untuk menentukan keperawanan rakyatnya sendiri. Liar? Memang liar, tapi tak perlu khawatir sila pertama pada Pancasila telah menjamin akhlak dan moral rakyatnya -- yah jika saja dasar negara diajarkan dengan baik kepada kita. Lalu institusi mau membatasi itu, membatasi hak keperawanan pelajar atas dasar moral dan akhlak yang tidak terpuji bagi dia yang kehilangan itu di luar pernikahan -- Lantas, apakah ganjaran yang diberikan kepada siswi yang sudah tidak perawan tadi? Diberhentikan, tidak dapat mendaftar sekolah untuk selanjutnya, SP1, SP2 atau bagaimana? Jelas hal tersebut malah merenggut hak perseorangan yang hakiki untuk mendapat pendidikkan yang layak dan dilindungi oleh dasar negara dan sepatutnya konstitusi.

Bayangkan saja jika hal itu terjadi dan benar diterapkan, aku tidak menjamin keperawanan setiap siswi di daerah tersebut namun dapat dipastikan menurut perkiraanku minimal 10 pelajar kehilangan kesempatannya untuk mendapat hak sebagai manusia, mendapat pendidikkan utuh yang layak. Itu hanya kira - kira saja, aku tidak berani menyebutkan nilai tanpa survey hehe. Selain itu dampak sosialnya jelas akan terjadi diskriminasi oleh lingkungan sekitarnya yang menjadi pembunuhan karakter pula bagi para siswi yang sudah tidak perawan lagi ini. Lalu bandingkan dengan negara tetangga, Australia, pemerintah tersebut bahkan melindungi siswi yang hamil di luar nikah. Institusi pendidikkan mereka menyediakan sekolah khusus dengan tambahan ilmu menjadi seorang ibu muda. Sementara disini dapat dipastikan siswi tersebut sudah dikeluarkan dan mendekam di rumah atas diskriminasi sekolah dan lingkungan hidupnya tanpa kepastian pendidikkan selanjutnya.

Tadi perkiraan terburukku, namun bagaimana jika tidak ada tindakkan? Apa gunanya? Membuang waktu dan malah menurunkan moral institusi pendidikkan itu sendiri yang malah sibuk memeriksa keperawanan dari pada memberikan pendidikkan sex agar para pelajar lebih cerdas menghadapi pergaulan mereka. Secara medis pula keperawanan tak lantas "hilang" dikarenakan kegiatan sex. Kegiatan olahraga berkuda dan bersepeda -- dan yah banyak kegiatan lainnya pun dapat berdampak pada sobeknya selaput dara perempuan yang berarti "hilang"-nya keperawanan tersebut, sudah jelas keperawanan pun bahkan tidak bisa menjadi titik penilaian standar akhlak dan moral siswi.

Ini lah letak kekonyollannya, para siswi -- juga siswa -- menghabiskan minimal hampir 1/4 harinya atau bahkan lebih di lingkungan sekolah dimana institusi pendidikkan bernaung, sebuah lelucon jika institusi pendidikkan meragukan akhlak dan moral pelajarnya. Ini berarti terjadi kesalahan internal pada mereka, bukan pelajar. Kurikulum diajarkan hanya sebatas hafalan bukan ilmu yang harus dipahami dan diresapi lalu diterapkan dalam hidup. Pelajar tidak diajarkan berakhlak dan bermoral, mereka ditujukan memenuhi rapor dengan angka - angka baik.

Yah ide tadi memang sudah terlanjur terliput media dan kabar baiknya peraturan ini tidak terwujud yang berarti masih ada hati nurani pada institusi pendidikkan, bukan tindakkan "angkat tangan" lalu menyalahkan pelajar tanpa ada tanggung jawab sebab mereka lah yang sepatutnya turut bertanggungjawab dalam menjaga akhlak dan moral pelajar. Harus aku acungi jempol kepada Bpk. M. Nuh yang kontra terhadap rencana peraturan tersebut dan jika tidak salah malah mau memberi sanksi kepada Disdik Prabumulih, aku tidak mengikuti kelanjutan beliau mengenai responnya terhadap berita ini tapi yang jelas ini berita baik. Semoga selanjutnya kabar baik yang kudengar dari institusi ini. Salam pelajar.