Tak pernahkah kita terpikir untuk berpikir? Memikirkan segala hal yang telah, sedang atau akan kita lakukan? Memetik makna positif dalam kubangan sampah tempat kita terjatuh sekalipun. Banyak yang mengharapkan emas batangan terinvestasi dalam kotak hartanya dan tidak ada yang mau menambang emas lalu membakarnya hingga murni. Banyak orang menyesalkan kesusahan hidupnya, tak sadar bahwa Tuhan sedang menghormati dirinya. Tidakkah hina jika diuji dengan hal sepele, yang kau telah taklukkan berulang kali. Diragukan atas hal yang sudah kau kuasai. Jika begitu kenapa masih saja mengeluhkan kesusahan hidup ini kawanku?
Berfilosofilah dalam hidupmu, agar kau temukan jalan terbaik dalam menjalaninya. Tak sesat jalanmu oleh perkataan - perkataan orang lain yang mencoba menghasutmu ataupun mereka yang mencoba baik namun membalikkanmu atas siapa dirimu sebenarnya, membawamu hidup dalam kemunafikan atas nama kebaikan. Adaptasikan setiap hal positif di dunia, adaptasikan dengan apa yang kau percaya, bukan pada hal yang membuatmu berbeda. Harapanmu adalah hal yang -harus- paling terakhir mati, Die hoffnung stirbt zuletzt. Mengoreksi diri demi tercapainya pribadi terbaik yang kau bisa sajikan pada mereka yang kau hormati, sayangi, cintai lalu pada akhirnya dan terutama kepada Tuhan.
Coba mengerti hal tersebut, itu baik pada dirimu. Jadinya tak perlu kau paksaan apa yang kau dengar dari orang lain kepada kerabatmu, setiap perselisihan paham sesungguhnya tak selalu mengenai suatu kebenaran melainkan kesepakatan sejatinya. Namun kita semua dibutakan oleh hebatnya kemutlakkan kebenaran, karena kita tidak memahami apa yang sesungguhnya terkandung dalam hal yang kita percayai dan hanya menganggap itu adalah kebenaran yang harus dimutlakkan. Kesepakatan yang telah diraih adalah kebenaran tersebut, ini menuntut pola pikir kita untuk menyerap makna suatu hal pada intinya dan tentunya itu sangat mendasar lalu dapat diserap semua kalangan, dimulai dari dirimu. Renungilah hidupmu.