Monday, December 9, 2013

Imajenasimu 1000 Abad Terlalu Maju [Repost]

Gue lagi reunian sama blog lama gue, lucu juga menemukan tulisan - tulisan lama gue. Ketemu artikel yang mengingatkan pada obsesi gue yang sampe sekarang masih gue bangun. Just check it out fellas!

TUESDAY, 7 FEBRUARY 2012

Imajenasimu 1000 Abad Terlalu Maju.

Seberapa sering lo diragukan tentang mimpi lo? tentang obsesi lo? atau tentang seberapa besarnya keinginan lo untuk meraih suatu poin? Yah gw sering, bukanlah suatu hal yang nyaman ketika lo mengalami hal tersebut dan tidak sering pula kita menutup diri karena hal itu.. membuat kita menjadi kecil dan gagal berkembang. Yah gagal! Karena lo berhenti karena lo mendengarkan orang yang meremehkan lo. Sial itu sakit banget.

Mari kita ulas balik ke awal, masih inget identitas lo yang dulu yang sangat lemah dan liat sekarang begitu hebat. Ingat itu baik-baik dan orang yang meremehkan lo hanyalah orang yang tidak mengerti. Percayalah sama apa yang lo percaya, omongan orang lain hanyalah udara kecil; udara yang jika lo hirup bulat-bulat bisa membawa dampak yang baik atau buruk bagi lo dan tinggal hanya lo yang pintar-pintar menyaringnya.

Berkali-kali gw bahas disini, The Power of Dream itu amajing banget lah dan mimpi itu tidak pernah mengenal batas.. so siapa yang punya masalah sama mimpi? Tuhan pun tidak melarangnya! Lalu kenapa masih ada manusia yang mengugat mimpi orang lain? Karena mimpi itu berjalan terlalu jauh, berjalan diambang logika manusia. Oke lah mereka lebih mengerti, oke lah lebih berpengalaman tapi siapa yang tau versi lo ketika lo menjalaninya.

Jangan pernah terhasut oleh orang lain, percayalah dan kejar terus. Keberhasilan itu janji buat orang yang mau maju walau cuma selangkah demi selangkah untuk mengambilnya dan nyatanya belom ada orang yang berhasilblink seketika ke arah keberhasilan tersebut. Jika adapun gw mau berguru sama itu orang. Jadi lo masih takut untuk bertindak ketika mendengar omongan orang lain? Pikir baik-baik kawan. :D 

Wednesday, November 27, 2013

#NoMoreShare

Geezh! Akhirnya ketemu cara menyelimuti artikel gue menggunakan selimut invisible ala Harry Potter -ahay-. Bukan maksud gue gak mau berbagi artikel, tapi gue hanya menginginkan tulisan gue dihargai dengan dibaca. Walaupun gue dalam perihal tugas kampus melakukan co-pas tapi bagaimana pun gue mencoba kreatif dengan mengganti kalimat yang gue salin menggunakan bahasa gue sendiri. I copy just want to know how does it explained. Untuk lo yang baca ini semoga info yang gue bagikan di sini bermanfaat dan maaf teks - teksnya harus kalian salin manual. Good Luck Pal!

- Die Höffnung Stirbt Zuletzt -

Wednesday, September 18, 2013

Konservatif Atau Bodoh Beragama?

Dunia bergejolak, berubah & berkembang melampaui apa yang telah kita biasakan. Kebiasaan baru diadaptasikan bukan untuk melawan aturan lama tapi demi mencapai tujuan yang hakiki dengan cara lebih baik. Tak semua orang menerima perubahan, apalagi terhadap hal mendasar yang telah diberlakukan sejak dulu. Sering kali tanggapan kontra timbul terhadap suatu perubahan, perubahan yang diciptakan dianggap mencoreng kepercayaan.

Takut? Yah bisa saja, perubahan bisa dianggap sebagai ancaman. Dianggap sebagai pengalihan orientasi terhadap apa yang dipercaya awalnya, pengalihan dengan tujuan mengubah apa yang kita percayai selama ini dan menjadi sesat -- merusak kepercayaan tersebut. Hal ini wajar karena sebagai orang yang melakukan suatu kepercayaan pasti menjaga apa yang dipercayainya, yup tidak ingin diragukan. Klasik, sifat dasar manusia.

Sayangnya kita tidak bisa menghentikan terbitnya matahari, perubahan musim atau apapun yang alam sudah janjikan, begitupun keingintahuan manusia. Keingintahuan memberikan pengalaman & pemahaman baru. Sebelum mengenal alat tukar (uang), persembahan rasa syukur kepada Sang Khalik sering kali dilakukan dengan pembakaran hasil panen, perubahan dunia memaksa kebiasaan konservatif tersebut. Surat debit (uang) dalam dunia ekonomi malah dijadikan alat persembahan tanda bersyukur. Buatan manusia demi kebaikan ilahi.

Yah kebaikan ilahi, demi tercapainya Kemuliaan Tuhan. Kita memuliakan Tuhan bahkan dengan cara yang tidak lagi konservatif. Oia aku takut salah kaprah, Tuhan memang mulia, tapi dalam kasus ini kita memuliakan Tuhan dalam hidup kita. Sebuah arti bahwa kita memaknai kehadiran Tuhan dalam hidup kita dengan mulia. Apakah memuliakan Tuhan dengan cara konserfativ patut untuk tetap dipertahankan?

Seperti yang ku katakan tadi, jelas ini kontroversial. Hal - hal yang telah lama diberlakukan dianggap suci untuk ditinggalkan, meninggalkan hal tersebut dianggap dosa. Termasuk pola pikir manusia, yah ini lah intinya, pola pikir manusia.

Baiklah harus kuakui beberapa hal dasar yang dilakukan dalam memaknai ketuhanan tak ada salahnya dipertahankan, demi tercapainya kenikmatan sejati kita bertuhan. Itu hal individual yang tak satupun berhak melarangnya selama itu tak melanggar aturan yang sah & mendasar secara agama & hati nurani manusia. Namun sering kali yang kutemukan hanya doktrin & dogma agama yang dipercayai, bukan Tuhan sejati yang bebas.

Berhenti mengotakkan Tuhan, bagiku itulah kejahatan terbesar manusia. Berkata seolah itu yang Beliau inginkan dan pikirkan, hanya berlandaskan kebiasaan - kebiasaan lama yang diberlakukan tanpa ada peresapan makna keilahian dalam kebiasaan tersebut. Perubahan dunia akan membuka mata kita tentang apa yang Tuhan ciptakan dengan logisnya, teori - teori konservatif tanpa peresapan makna akan menolak itu membawa kita menuju dua arah. Kehilangan arah dan meniadakan Tuhan, mencari tuhan baru atau malah berkutat bertahan, menutup diri -- menjaga sosok Tuhan sesuai apa yang telah diajarkan kepada kita, doktrin. Konserfativ atau tidaknya ada baiknya kita memahami makna terkandung dalam peribadatan yang kita lakukan demi Tuhan.

Thursday, September 5, 2013

Istana Jidat Sendiri

Muak dengan omong kosong ini, dunia lain, palsu penuh keegoisan. Semua mengharapkan kesempurnaan tapi bertahan dalam zona nya masing - masing, saling menjatuhkan, mendorong keinginan perubahan. Munafik, semuanya munafik.

Sepaham, mungkin iya, semua sepakat mempertahankan idealismenya sendiri - sendiri. Ketidakpedulian pada nilai - nilai baik yang hakiki. Mungkin kebaikkan sudah ketinggalan jaman, sudah tidak lagi menarik diperjuangkan. Asing menjadi baik.

Mau bertahan lama? Dunia berkembang, begitupun individunya. Semua berjalan menjauh mengikuti idealismenya, hanya ikatan darah yang mengikat, tapi apalah Ayah tiri menjadi lebih manusiawi dari pada Ayah kandung. Ikatan permanen apapun fana sekarang ini.

Hingga suatu saat badai mengganggu, menggrebek kami pada ruang remang kesenangan pribadi memaksa menyatukan atas nama kesedihan, memilukan. Air mata beku yang jatuh, rasa kehilangan palsu, ketika matahari mulai nampak kami berlindung dalam masing - masing ruang remang.

Beginikah diteruskan pada anak cucuku? Mereka akan merasakan kesedihan Ayah Kakek Buyutnya, hingga mereka menjadi besar di luar yang sebelumnya diperkirakan. Menurunkan apa yang diadaptasikan, menjadi dingin dan hilang. Hangatnya api unggun yang dinikmati di gelapnya hutan telah padam, berkelana masing - masing, tersesat dan menjauh.

Tuhan memang pembunuh perasaan yang baik, dalam pengadaptasian dunia kesendirian dimana aku ditumbuhkan, diberikan oleh-Nya bibit kepedulian yang tumbuh merusak dogma ku atas apa yang dunia perlakukan padaku. Baiklah Tuhan, Kau melakukan ini dengan baik. Tapi aku muak.

Wednesday, August 28, 2013

Institusi Pendidikan [sempat] Kehilangan Kharisma

Beberapa waktu yang lalu kita dihebohkan oleh kekonyollan institusi pendidikan dengan hancurnya manajemen Ujian Nasional SD, diikuti dengan kasus saling tuduh orang di dalamnya bahkan hal itu dilakukan oleh pemimpinnya. Kasus baru mencuak mengenai tes keperawanan, hal konyol lainnya yang dilakukan oleh institusi pendidikan. Institusi pendidikan cabang suatu daerah memutuskan untuk melakukan tes tersebut demi terjaganya kualitas pelajar, aku tak paham betul teknisnya namun hal ini benar - benar memilukan.

Ini adalah negara merdeka, bahkan dimerdekakan untuk menentukan keperawanan rakyatnya sendiri. Liar? Memang liar, tapi tak perlu khawatir sila pertama pada Pancasila telah menjamin akhlak dan moral rakyatnya -- yah jika saja dasar negara diajarkan dengan baik kepada kita. Lalu institusi mau membatasi itu, membatasi hak keperawanan pelajar atas dasar moral dan akhlak yang tidak terpuji bagi dia yang kehilangan itu di luar pernikahan -- Lantas, apakah ganjaran yang diberikan kepada siswi yang sudah tidak perawan tadi? Diberhentikan, tidak dapat mendaftar sekolah untuk selanjutnya, SP1, SP2 atau bagaimana? Jelas hal tersebut malah merenggut hak perseorangan yang hakiki untuk mendapat pendidikkan yang layak dan dilindungi oleh dasar negara dan sepatutnya konstitusi.

Bayangkan saja jika hal itu terjadi dan benar diterapkan, aku tidak menjamin keperawanan setiap siswi di daerah tersebut namun dapat dipastikan menurut perkiraanku minimal 10 pelajar kehilangan kesempatannya untuk mendapat hak sebagai manusia, mendapat pendidikkan utuh yang layak. Itu hanya kira - kira saja, aku tidak berani menyebutkan nilai tanpa survey hehe. Selain itu dampak sosialnya jelas akan terjadi diskriminasi oleh lingkungan sekitarnya yang menjadi pembunuhan karakter pula bagi para siswi yang sudah tidak perawan lagi ini. Lalu bandingkan dengan negara tetangga, Australia, pemerintah tersebut bahkan melindungi siswi yang hamil di luar nikah. Institusi pendidikkan mereka menyediakan sekolah khusus dengan tambahan ilmu menjadi seorang ibu muda. Sementara disini dapat dipastikan siswi tersebut sudah dikeluarkan dan mendekam di rumah atas diskriminasi sekolah dan lingkungan hidupnya tanpa kepastian pendidikkan selanjutnya.

Tadi perkiraan terburukku, namun bagaimana jika tidak ada tindakkan? Apa gunanya? Membuang waktu dan malah menurunkan moral institusi pendidikkan itu sendiri yang malah sibuk memeriksa keperawanan dari pada memberikan pendidikkan sex agar para pelajar lebih cerdas menghadapi pergaulan mereka. Secara medis pula keperawanan tak lantas "hilang" dikarenakan kegiatan sex. Kegiatan olahraga berkuda dan bersepeda -- dan yah banyak kegiatan lainnya pun dapat berdampak pada sobeknya selaput dara perempuan yang berarti "hilang"-nya keperawanan tersebut, sudah jelas keperawanan pun bahkan tidak bisa menjadi titik penilaian standar akhlak dan moral siswi.

Ini lah letak kekonyollannya, para siswi -- juga siswa -- menghabiskan minimal hampir 1/4 harinya atau bahkan lebih di lingkungan sekolah dimana institusi pendidikkan bernaung, sebuah lelucon jika institusi pendidikkan meragukan akhlak dan moral pelajarnya. Ini berarti terjadi kesalahan internal pada mereka, bukan pelajar. Kurikulum diajarkan hanya sebatas hafalan bukan ilmu yang harus dipahami dan diresapi lalu diterapkan dalam hidup. Pelajar tidak diajarkan berakhlak dan bermoral, mereka ditujukan memenuhi rapor dengan angka - angka baik.

Yah ide tadi memang sudah terlanjur terliput media dan kabar baiknya peraturan ini tidak terwujud yang berarti masih ada hati nurani pada institusi pendidikkan, bukan tindakkan "angkat tangan" lalu menyalahkan pelajar tanpa ada tanggung jawab sebab mereka lah yang sepatutnya turut bertanggungjawab dalam menjaga akhlak dan moral pelajar. Harus aku acungi jempol kepada Bpk. M. Nuh yang kontra terhadap rencana peraturan tersebut dan jika tidak salah malah mau memberi sanksi kepada Disdik Prabumulih, aku tidak mengikuti kelanjutan beliau mengenai responnya terhadap berita ini tapi yang jelas ini berita baik. Semoga selanjutnya kabar baik yang kudengar dari institusi ini. Salam pelajar.

Monday, July 15, 2013

Feel o' Sophie

Dogma sesat, kebiasaan rusak sampai aturan sampah berlaku terus - menerus diturunkan tanpa ada penyataan bagaimana dan pertanyaan mengapa. Semua menganggap hal itu valid dan mutlak, bahkan sampai mengotakkan kepribadian Sang Khalik. Bodoh, kebiasaan bodoh. Mungkin nilai yang terkandung positif tapi tanpa ada peresapan makna malah merusak akhlak dan mental. Melakukan sesuatu atas dasar aturan yang berlaku yang dikaitkan dengan dasar yang mutlak, agama salah satunya, saling mengutip, saling mematenkan pemahaman masing - masing menimbulkan pertikaian yang justru merusak.

Tak pernahkah kita terpikir untuk berpikir? Memikirkan segala hal yang telah, sedang atau akan kita lakukan? Memetik makna positif dalam kubangan sampah tempat kita terjatuh sekalipun. Banyak yang mengharapkan emas batangan terinvestasi dalam kotak hartanya dan tidak ada yang mau menambang emas lalu membakarnya hingga murni. Banyak orang menyesalkan kesusahan hidupnya, tak sadar bahwa Tuhan sedang menghormati dirinya. Tidakkah hina jika diuji dengan hal sepele, yang kau telah taklukkan berulang kali. Diragukan atas hal yang sudah kau kuasai. Jika begitu kenapa masih saja mengeluhkan kesusahan hidup ini kawanku?

Berfilosofilah dalam hidupmu, agar kau temukan jalan terbaik dalam menjalaninya. Tak sesat jalanmu oleh perkataan - perkataan orang lain yang mencoba menghasutmu ataupun mereka yang mencoba baik namun membalikkanmu atas siapa dirimu sebenarnya, membawamu hidup dalam kemunafikan atas nama kebaikan. Adaptasikan setiap hal positif di dunia, adaptasikan dengan apa yang kau percaya, bukan pada hal yang membuatmu berbeda. Harapanmu adalah hal yang -harus- paling terakhir mati, Die hoffnung stirbt zuletzt. Mengoreksi diri demi tercapainya pribadi terbaik yang kau bisa sajikan pada mereka yang kau hormati, sayangi, cintai lalu pada akhirnya dan terutama kepada Tuhan.

Coba mengerti hal tersebut, itu baik pada dirimu. Jadinya tak perlu kau paksaan apa yang kau dengar dari orang lain kepada kerabatmu, setiap perselisihan paham sesungguhnya tak selalu mengenai suatu kebenaran melainkan kesepakatan sejatinya. Namun kita semua dibutakan oleh hebatnya kemutlakkan kebenaran, karena kita tidak memahami apa yang sesungguhnya terkandung dalam hal yang kita percayai dan hanya menganggap itu adalah kebenaran yang harus dimutlakkan. Kesepakatan yang telah diraih adalah kebenaran tersebut, ini menuntut pola pikir kita untuk menyerap makna suatu hal pada intinya dan tentunya itu sangat mendasar lalu dapat diserap semua kalangan, dimulai dari dirimu. Renungilah hidupmu.

Friday, July 5, 2013

Santun, Si Madu Beracun

Ini merupakan ciri khas bangsa Indonesia, kesantunan ini sudah menjadi nilai luhur yang tertanam dalam banyak pola pikir orang Indonesia. Bukan bermaksud SARA, namun perilaku santun ini sangat kental bagi mereka berdarah Jawa. Kesantunan bersifat mutlak dalam segala aspek kehidupan, apabila kamu seorang atasan namun anak buahmu lebih tua maka seyogyanya kamu lebih santun saat memerintah atau memberinya tugas kantor... atau dilain kasus apabila kamu pihak berwenang dan ingin membekuk orang bersalah namun ternyata lebih tua ada baiknya kamu permisi dulu, sungkem pada orang tua yang akan dibekuk tersebut. Hebatnya kebiasaan ini menjadi kelebihan bagi kita saat mengabdi nafkah pada orang non-Indonesia, orang bule, kebanyakan mereka merasa asing dengan perlakuan kita ini dan menjadi senang.

Lagi - lagi tidak ada maksudku menyudutkan kebiasaan yang baik ini, namun kian lama kebiasaan ini semakin memburuk diperburuk oleh bobroknya mental bangsa kita yang harus diakui semakin menurun. Sekali salah seorang senior menceritakan pengalaman beliau saat bertemu guru besar kampusnya, dalam sebuah antrian jamuan makan beliau yang sudah mengantri duluan dan melihat guru besarnya tersebut datang mengantri di belakangnya lalu mengalah mundur mempersilakan guru tersebut mengambil tempat di depannya. Tidak, guru besar itu menolak, atas azas kesantunan seniorku mengalah namun ditolak mentah - mentah oleh guru besar tersebut. Kata beliau, guru besarnya mengatakan kesantunan boleh saja namun hak setiap orang tidak boleh terampas oleh karena itu. Terdengar kasar, apalagi bagi kita para penganut kesantunan.

Seperti pisau bermata dua, kadang kita tidak bisa menentukan mata pisau sebelah mata yang harus digunakan dan sekaligus merobek kita di saat yang sama. Rasionalitas memang kadang dipandang sebelah mata oleh orang kita, rasa toleransi yang tinggi atas kesantunan yang merusaknya. Alhasil banyak sekali kebiasaan buruk yang terjadi atas praktek pembiaran tersebut. Paham - paham kaum lama yang termasuk usang dan tidak masuk akal di era terkini tetap saja dilakukan, para kaum baru terancam mengubah maka itu terjadi pemberontakkan yang malah menyimpang. Penyimpangan yang terjadi pun terjadi secara frontal dan ada pula yang diam - diam, kemunafikan. Hal pertama kadang diikuti itikad baik walaupun kebanyakan benar - benar merusak, namun itu lebih baik dibandingkan hal kedua.

Sifat kesantunan ini dengan jelas menimbulkan kemunafikan, ini bukan cuma intermezzo karena buktinya sistem perpolitikkan kita sendiri dijalani dengan begitu. Korupsi, nepotisme, banyak lagi jenisnya. Sudahlah itu terlalu jauh. Mungkin ada baiknya kita mulai membuka diri, membuka diri atas apa yang kita hadapi sekarang dan atas apa yang generasi kita akan hadapi nanti lalu timbal balikkan pada diri kita. Yah, kesantunan itu harus didasari rasionalitas bukan perasaan "tidak enak". Ada kalanya kita memang harus menaikkan nada suara atau mungkin sampai membentak pada mereka yang lebih tua jika terjadi kekeliruan dipihak mereka, demi tercapainya hasil terbaik.

Monday, July 1, 2013

Siraman Teh

Teh, siapa yang tak kenal teh? tak kenal tingkatan kasta saat minum teh, keyakinan apa saja boleh menikmati cita rasa teh sampai yang tak berkeyakinan sekaligus, ras apa saja boleh minum teh walaupun kita terkadang rasis juga dalam mengelompokkan teh. Teh hitam, teh hijau dan teh merah atau entah ada kategori apa lagi bagi teh ini. Dinikmati pagi - siang - malam sah saja, berbeda dengan kopi -- walaupun sama - sama minuman tanpa batas tapi kopi sangat tidak disarankan bagi kalian yang ingin bangun pagi untuk dikonsumsi pada malamnya. Dingin atau panas sah saja, tak ada batasan bagi penduduk belahan bumi manapun sampai astronout yang sedang bertugas pun dapat menikmatinya. Tak ada pantangan minum teh, aku tak tahu jika ada penyakit terkait jika menikmati teh, paling setahuku hanya hambatan gula bagi mereka "pemilik" penyakit yang dapat terpicu oleh glukosa yang terdapat di dalam gula. Tanpa gula pun tetap nikmat.

Jika kalian kesal terhadap seseorang siram saja dengan teh, jika kalian tidak didengarkan siram saja dengan teh, teh sekarang pun bisa menjadi penyampai aspirasi yang sehat dan manis (jika pakai gula). Siraman teh lebih nikmat dari pada siraman rohani, sebab seperti yang aku sampaikan tadi, teh tak mengenal batasan ruang dan waktu. Teh juga bisa memadamkan amarah seseorang, sering kali kutemui dalam rapat - rapat "dengan urat" anggotanya disuguhi teh -- mungkin sebagai pereda emosi, mungkin.

Mungkin teh juga bisa memadamkan panasnya api yang kemarin sempat berkobar di Riau yang asapnya sampai ke rumah tetangga atau bisa saja kita suguhi saja mereka dengan teh agar presiden kita tak perlu meminta maaf pada mereka. Seakan musibah itu kesengajaan bangsa. Sementara di lain waktu presiden kita sedang sibuk menerima kaos jersey dalam pertemuan kehutaan bertema mangrove / bakau yang menurut ku gak nyambung. Gak senyambung teh yang bisa diminum bagaimanapun, mungkin pak pres kita ini butuh siraman teh.

Siraman teh itu esensinya bisa mengandung arti dalam, disiram teh kita diharapkan mau peduli terhadap sekitar seberapa buruk, jelek atau bodohnya itu. Kita bisa lebih mau mengerti sehingga kita menjadi pribadi yang universal namun khas apa adanya seperti teh. Jadi gak seperti siraman rohani tadi, sebatas agamamu.... begitu kamu pergi ke rumah orang lain pemahamanmu kurang dimengerti bahkan ditolak, berbeda dengan teh. Lalu kamu juga tidak perlu memaksakan pemahaman rohani mu pada orang lain sampai kau mengusir dari rumahnya seperti yang terjadi pada saudara kita di Sampang, mereka sempat tidak bisa menikmati teh di rumahnya. Halah jangankan menikmati teh di rumah, membeli teh pun rasanya sulit karena hidup terbengkalai bak bangkai sementara presidennya sedak asyik dijamu teh di New York sambil menerima penghargaan terkait kemanusiaan. Aku juga terlambat info soal saudara kita di Sampang ini apakah mereka sudah bisa lagi menikmati teh. Aku terlampau santai menikmati teh ini.

Teh sudah dinikmati sejak perang kolosal terjadi seperti The Legend of Three Kingdoms terjadi, bom atom pertama dijatuhkan sampai sekarang pun masih. Dan yah semua itu diperangkan bukan atas nama teh bahkan dalam "panas"-nya peperangan tersebut terkadang mereka juga menikmati teh tak peduli kubu musuh juga penikmat teh, tanpa gengsi mereka menikmati teh bersama walau dalam kubu berlawanan. Secara tak sadar teh sudah menyatukan kita. Oh siraman teh.


Friday, June 14, 2013

Kafirnya Pendosa

Kenyataan tak selalu seperti kisah, bedakan terang - gelap begitu mudah. Dewasa ini putih pun bisa jadi gelap juga, seperti kasus yang menimpa petinggi partai yang nilai agamanya sudah menjadi karakter partai sejak lama dan menjadi seperti senjata makan tuan. Sebaliknya hitam punya peluang menjadi terang, bak eyang subur yang rumornya mau mencalonkan diri jadi RI-1. Sekilas tak terlihat apa sejatinya dibalik semua, bahkan sampai diperhatikan atau diteliti pun masih ambigu. Cuma Tuhan yang berhak menentukannya, sebab polisi membiarkan tindakan kekerasan di depannya, bahkan negara mengancam 5 tahun penjara bagi maling sendal sementara koruptor milyaran cuma divonis 4.5 tahun. Tak ada lagi yang bisa menentukan terang - gelap di jaman ini.

Salah siapa? Siapa yang paling bertanggung jawab ketika ada pria karena kelaparannya harus mencuri? Terhadap "bentuk" orientasi kita mengiblat, "nilai"-nya kurang dihargai. Orang lebih naik darah jika kitabnya diinjak, berbeda jika kitabnya didiamkan hingga usang, tidak dirawat atau sampai dikorupsi -- tidak ada yang marah. Nyatanya kita tidak menghargai makna dari kitab itu, maksud dari kalimat - kalimat Tuhan yang tertera dalam bahasa manusia dan bahan bumi sebagai penampung tulisan tersebut. Semua itu takkan suci seperti yang kita kenal sebagai kitab suci jika makna dari hati Tuhan tak tertera di dalamnya. Tidakkah itu berhala jika lebih marah pada penodaan fisik kitab suci dibanding maknanya?

Kita semua berteriak atas nama agama bak laskar Tuhan, tapi mengasihi yang berbeda saja tidak.. Islam, Kristen, Hindu, Budha sampai Konghuchu mengajarkan kedamaian antar manusia tak peduli dia pacaran sama agama mana. Eh pacaran, jika pacaran kita harus mengenalnya baik, sampai tanggal momen spesial saja harus diingat -- ini beda, kita cuma pemeluk agama, rasanya sama seperti memeluk pohon. Tidak ada hasrat dan cinta didalamnya.

Jujur saja, aku sedang muak oleh kelakuan para penganut agama jaman ini. Mereka senang doa - doa di media sosial, seperti tidak diajarkan beribadah saja.. mereka mempermainkan gambar - gambar agama seperti sebuah meme.. mereka mencari ketenaran atas nama Tuhan dengan sebuah narasi palsu bahkan sampai mencuri dengan itu juga.

Mengapa marah saat agamamu dibilang anjing? Anjing itu dirawat Tuhan, jika tidak dirawat spesies itu sudah punah. Tidak ada yang marah sewaktu ada yang mengatasnamakan agama demi bisnis kotornya, eh ada juga sih.. lagi - lagi eyang subur kena. Tidak cuma dia, banyak lagi yang lebih putih dengan bisnis yang merambah kemana - mana kotornya.

Wahai yang masih memeluk agama, coba sekali - kali kau berpacaran dengannya. Kenali setiap detilnya, baca kitabnya seperti membaca diari kekasihmu yang sedang jauh. Jangan karena pacarmu tidak suka mengantri lantas kau usir orang yang di depannya, nyatanya dia juga mengerti arti mengantri, toleransi -- dan jangan lantas seseorang membakar diari milik kekasihmu lalu dirimu mengamuk, membara membalas dendam. Bukan, bukan diarinya... cerita dan memori yang terkandung di dalamnya yang membuatmu marah jika disia - siakan.

Tak lantas pula jika ada foto kekasihmu yang cantik kau gabung - gabungkan seperti foto model. Tempel sana - sini, ingat tak hanya dirinya, benda atau simbolis yang menggambarkan dirinya pun begitu. Hanya demi menunjukkan kekasihanmu pada sang kasih ke khalayak ramai. Biarlah dirimu dengan Sang Khalik agama yang mengerti kemesraan dirimu dengan Beliau saat kau pacari Beliau lewat agama-Nya. Biarkan yang masih punya mata hati merasakan siapa yang lebih baik.

Friday, May 24, 2013

Layanan Pengaduan & Pemelihara Kualitas Petinggi Negara

Saya tidak tahu apakah layanan ini sudah ada atau belum, tapi sering kali saya temukan suara sampai protes rakyat tak tersampaikan dengan baik. Hal ini terbukti masih seringnya terjadi demo - demo dalam menyampaikan aspirasi kita sebagai rakyat dan kadang berlanjut anarkis. Dampaknya tidak sepele, jalanan menjadi macet, tempat berdemo pasti kotor bahkan rusak, para pengunjuk rasa baik dari golongan pekerja maupun pelajar pasti memiliki tanggung jawab dan itu mengganggu mereka sendiri dan pada akhirnya sama -- kegiatan ekonomi kita terhambat. Tidak efektif di dunia yang serba cepat sekarang. Kita butuh solusi terbaik dalam menangani hal ini.

Sebuah situs layanan pengaduan, itu yang kita perlukan dalam menghadapi hal ini. Dengan sistem filterisasi yang terkoordinir baik. Layaknya pengaduan keadaan darurat kepada polisi, rumah sakit ataupun pemadam kebakaran, kita wajib memilikinya. Jika saja hal tadi bisa dilakukan via telepon dengan filterisasi, koordinasi yang baik dan respon spontan yang cepat, mengapa kita tidak bisa membuat itu via situs dalam pengaduan ataupun penyampaian aspirasi rakyat dengan respon yang walaupun tidak se-spontan panggilan darurat tadi namun penyampaian, tanggapan dan tindakan yang serius dari penerima pesan?

Menjadi sangat menarik ketika ini bisa dikembangkan oleh negara. Mungkin kita satu - satunya atau pertama yang berhasil melakukan demokrasi online terstruktur ini. Targetnya tentu tak kecil, Kepresidenan, MPR, DPR, DPRD, Kepolisian, Kejaksaan juga banyak institusi negara lainnya yang menjadi target pengaduan aspirasi rakyat. Ingat mereka bukan institusi yang mengelola ini pula, menurut saya dibutuhkan suatu badan pemerintahan independen dan komitmen yang sama dengan KPK dalam menangani hal ini. Ini menjadi serius ketika rakyat bisa memrotes langsung pemerintahan dan ditujukan langsung kepada target aspirasi, baik kepada perseorangan pemerintahan, suatu bagian sampai keseluruhan badan tersebut. Perlakuan - perlakuan anggota pemerintahan serta para wakil rakyat menjadi diperketat secara sosial umum.

Ini memang bukan solusi pemberantasan korupsi terbaik tapi ini media sosial kontrol rakyat terhadap kualitas sikap para anggota "terhormat" ini. Secara tidak langsung ini pun menjadi suatu shock therapy bagi mereka para pemilik pangkat dan "kursi" agar menjaga sikapnya karena bukan atasan mereka saja yang bisa menindak, melainkan rakyat secara langsung bahkan secara personal. Tidak ada lagi rasa terpandang atas posisi sosial yang dimiliki mereka.

Mungkin saja menimbulkan keresahan bagi mereka yang duduk di kursi pemerintahan, risiko perusakan nama baik, saling tikam antar ataupun non-anggota atau tindakan pengecualian lainnya. Maka itu sebelumnya saya tegaskan, haruslah suatu badan independen yang menangani hal ini sehingga tercapainya informasi yang valid tanpa ada rekayasa sistem maupun data secara eksternal maupun internal. Informasinya pun bersifat terbuka setelah divalidasi sehingga rakyat sekaligus pihak pemerintah bisa mengontrol segala informasi yang terjadi di layanan ini.

Informasi yang sudah ditransaksikan di layanan ini pun tak habis sampai di sini saja, akan ada bagian tertentu oleh badan yang menangani hal ini yang menindak kepada target aspirasi rakyat. Hal ini bersifat forum sekaligus konsumer service, setiap saran dan keluhan yang disampaikan layaknya direspon oleh target aspirasi tersebut. Kurangnya atau bahkan tidak adanya respon bisa saja ditindak secara hukum oleh badan "admin" ini, menjadi suatu kewajiban bagi para petinggi negara untuk menjaga harkat dan martabatnya.

Hanya pemikiran iseng saya saja tapi mungkin bisa dicetuskan untuk mengoptimalisasikan demokrasi kita ini tanpa harus dilakukannya tindakan - tindakan demo yang sungguh tidak efektif karena para pengunjuk rasa pun sudah menyadari jika mereka hanya berdemo secara teratur maka mereka tidak akan didengar lalu terjadi tindakan anarkis agar mereka diperhatikan dan didengar sementara setelah itu tidak ada suatu badan atau perseorangan yang mengikuti perkembangan penyampaian aspirasi tersebut secara intensif. Jika pun ini serius dikembangkan, diperlukan landasan hukum, sistem dan komitmen yang kuat dalam menangani hal ini, sebab jika berhasil maka akan timbul rasa tanggung jawab tinggi bagi mereka petinggi negara karena perlakukan dan etika mereka di kehidupan sehari - hari dikontrol oleh rakyat dan ditindak serius.


Wednesday, April 24, 2013

Ujian Negara. Ampuh?

Beberapa saat yang lalu ujian nasional baru saja dilaksanakan -hampir- serentak bagi pelajar SD sampai SMA atau yang disetarakan di seluruh Indonesia. Ujian ini dinilai penting bagi pemerintah maupun pelajar, tak sedikit porsi nilai yang diberikan, UN memiliki 60% andil dalam penilaian seorang pelajar yang ingin melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Sisanya nilai UAS dan nilai per semester yang diakumulasi sehingga dicapai 100% nilai penentunya.

Seperti yang telah gw katakan tadi, persoalan ujian negara ini tidak sepele, usaha yang kita bangun selama tiga tahun lamanya di bangku pendidikan bisa sirna hanya karena kesalahan satu hari. Bukan persoalan kecil, ini pun yang membuat para pelajar merasa ngeri menghadapinya. Persentasi ujian lima hari yang berandil lebih besar dari usaha tiga tahun ini seperti mungkin untuk memperjelas kepada pelajar betapa pentingnya ujian ini, namun di lain sisi ini sekaligus menjadi penekanan psikologis bagi para pelajar.

Ujian negara ini sudah berlangsung cukup lama, kira - kira ini mulai diberlakukan pada tahun 2003 - 2004 lalu. Bukan hal baru apalagi bagi negara yang tentunya bukan institusi kecil, seharusnya kita sudah cukup berpengalaman. Namun sayangnya tahun ini dilakukan dengan sangat berantakan, tahun ini sistem baru memang baru saja diberlakukan dari hanya 5 maksimal paket (seingat gw) yang tersedia dan kali ini dikembangkan menjadi 20 paket, 4 kali lipat lebih banyak dan cukup memastikan bagi mereka para pelajar agar bersiap dengan sangat mapan.

Tak sedikit SMA yang mengalami penundaan waktu ujian nasional, beberapa sekolah bahkan mengopi soalnya sendiri karena stok terbatas, sungguh kondisi yang memrihatinkan bagi sebuah ajang ujian tingkat nasional yang kita tahu cukup berpengaruh dalam kelulusan sorang pelajar. Tahun ini tantangan pelaksanaan lebih sulit yang tentunya dikarenakan jumlah soal yang lebih bervariasi yang berarti dalam pencetakannya lebih memakan waktu, namun ini tidak bisa dijadikan alasan bagi pemerintah hingga bisa terjadi "molor" di daerah. Seperti yang telah gw katakan tadi ujian negara sudah diadakan sekitar 9 tahunan seharusnya menjadi pengalaman yang sangat cukup. Lalu dengan kondisi terakhir ini apakah ujian nasional masih layak diadakan?

Layak mungkin masih, karena jika berani jujur tingkat pendidikan di Indonesia masih rendah. Tak usah dibandingan dengan negara lain, perbedaan kesetaraan pendidikan di Jawa saja belum merata, Jakarta dan daerah yang jauh dari kota, di daerah masih ada pelajar yang berangkat sekolah saja harus bertaruh nyawa menyebrang sungai dengan jembatan yang tidak layak pakai. Baru di Jawa yang notabene perkembangannya jauh lebih pesat dari pulau besar lainnya, apalagi di daerah terpencil dari perhatian pemerintah. Alasan itu pula yang menjadi hambatan diadakannya ujian nasional kali ini, media meliput dalam pendistribusiannya TNI kita sampai turut andil. Gw gak tau apakah ini hal yang "waw" atau bukan, karena seharusnya ini sama saja dengan tahun lalu, hanya saja kali ini dengan paket yang lebih beragam. Maka dari itu ujian nasional menjadi tepat dan layak diadakan untuk menyamaratakan tingkat intelejensi akademis pelajar Indonesia.

Gw sempat membaca artikel mengenai perbandingan sistem pembelajaran kita dan beberapa negara lain yang unggul dalam akademisnya. Kira - kira antara Jerman, Finlandia atau Jepang namun keseluruhan mereka sama. Tenaga pengajar bukan sembarang orang, di sini mungkin elite politik yang "dihormati" derajatnya namun berbeda dengan satu dari antara negara tersebut guru adalah tenaga ahli layaknya seorang insinyur di perusahaan swasta multinasional. Bukannya menilai jelek kinerja guru di Indonesia namun kebanyakan mereka terpatok oleh kurikulum walaupun yah tuntutan pemerintah yang membuat ini. Menjadi guru itu sulit, terutama TK atau SD karena ini adalah masa keemasan anak. Ilmu psikologis sangat dimainkan di masa ini, menentukan minat anak. Sementara apa yang kita punyai dari pelajar dalam masa itu? LKS yang wajib diisi tiap hari, itu pengalaman gw dulu. Kita dibentuk sebagai pengisi berkas. Finlandia tak mengenal sistem ini, guru yang mempunyai tanggung jawab dan hak dalam menilai kualitas murid bukannya ujian nasional, guru dipercayai oleh negara sebagai mediator langsung individu antar individu. Sehingga negara tak perlu menghabiskan milyaran anggaran demi terlaksananya ujian nasional yang perhitungannya sangat tidak proporsional.

Sangat tidak proporsional bagi gw karena tidak semua anak pandai dalam akademis, beberapa harus "dipancing" dengan praktek lalu dibimbing secara teori agar timbul rasa keingintahuan yang menimbulkan suatu semangat belajar. Berani gw menyatakan hal ini karena gw yang mengalaminya sendiri. Pelajaran yang gw benci dari mulai gw mempelajarinya hingga mulai gw biasakan sampai sekarang menjadi salah satu buktinya, Matematika, guru gw semasa SMK berhasil memraktekan hal tadi. Diberinya trik - tips dan mengerjakan banyak kasus - kasus penghitungan sebelum gw melaksanakan ujian nasional, semangat gw terpancing, alhasil nilai ujian nasional kali itu benar - benar bukan seperti gw yang sebenarnya. Nilai Matematika yang selalu dibawah pelajaran lain menjadi nilai terbesar dibanding mata pelajaran lain yang diujikan saat ujian negara. Tidaklah salah gw katakan sang guru lah yang memegang tanggung jawab mengenai semangat belajar pelajar.

Terlepas dari itu dalam ranah hukum pun seharusnya ujian negara sudah dapat dihapuskan, sudah ada putusan yang dikeluarkan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan Nomor 228/PDT.G/2006/PN.JKT.PST tertanggal 21 Mei 2007 lalu ditambah Putusan yang juga telah diperkuat oleh Pengadilan Tinggi DKI Jakarta dan Mahkamah Agung (MA) bahkan hakim juga menyebutkan bahwa ujian nasional ini berdampak buruk pada psikologis anak dan menanamkan perilaku korupsi. Begitulah kutipan yang kurang lebih sama yang gw dapatkan di detik.com beberapa hari yang lalu dalam artikel ini. Yah perilaku korupsi, karena praktek pembelian kunci jawaban itu, pembiaran mencontek namun tetap tenang atau bahkan guru sendiri memberi tahu jawabannya sudah menjadi hal gamblang dalam pelaksanaan ujian nasional.


Memang ujian nasional tidak dapat dihapuskan secara langsung namun bertahap, kualitas pengajar harus
lebih dimapankan terlebih dahulu bagi guru sekarang. Selanjutnya kita cari lulusan - lulusan terbaik dengan seleksi ketat minimal pendidikan setara strata 2 / master lah yang patut menyandang gelar guru dan mereka siap ditugaskan di daerah yang kurang mendapat perhatian pemerintah sekarang. Anggaran ujian nasional pun bisa dialokasikan untuk membangun sekolah - sekolah layak di seluruh wilayah Indonesia juga menyejahterakan para guru yang sudah mengabdikan dirinya untuk ditugaskan dimana saja demi mengajar anak Indonesia.

Monday, April 1, 2013

Penipuan di Facebook Yang Membodohkan

Sekarang ini ada modus penipuan baru di facebook, memang tidak begitu merugikan para penggunanya namun itu sebenarnya membodohkan kita sebagai pengguna facebook. Motif penipuannya tidak begitu jelas, antara membuat suatu kehebohan, menyebar info hoax sampai mencari perhatian dan mungkin juga ada motif lain yang tidak berguna. Gw sangat tertarik untuk membahas materi ini, karena sudah cukup menganggu. Okay sudah cukup basa - basinya, kita mulai dari penipuan yang membodohkan pertama. . .


Like or Share or Comment and See the changes!

Penipuan ini memang sangat menarik rasa penasaran kita, gw pun juga mengalami hal yang sama walaupun gw tahu bahwa itu adalah sebuah kebohongan namun banyaknya komen, share dan jempol yang ada di pos itu membuat gw akhirnya terjebak dengan tipuan tong kosong itu. Itu adalah sebuah foto atau gambar yang diunggah oleh sang penipu dengan dalih jika kita memberikan hal tadi maka kita akan melihat suatu perubahan pada foto itu. Nyatanya itu adalah hanya sebuah gambar statis, ada beberapa tipe obyek data / file yang bisa diunggah di facebook dan dalam kasus ini, berkas bertipe gambar, dalam dunia web hanya ada dua jenis berkas berjenis gambar, pertama statis seperti foto dengan jenis file JPG, JPEG atau PNG dan kedua seperti iklan yang bergerak dengan waktu yang sebentar dan berulang dengan jenis file GIF. Jika itu memang bisa berubah atau bergerak maka harusnya itu adalah gambar GIF dan masalahnya facebook akan langsung mengubah jenis file gambar tersebut menjadi gambar statis ketika lo mengunggahnya. Jadi sangat tidak mungkin gambar itu berubah atau bergerak. Tolong abaikan jika lo melihat pos ini lagi, apapun yang lo berikan pada pos itu takkan mengubah atau menggerakan gambar pada pos itu kecuali lo mabuk.


Like and Share to Help this "poor" people!

Biasanya ini diposkan dengan gambar manusia yang mengalami *maaf* kecacatan fisik. Sebuah narasi yang membuat kita prihatin tentang gambar itu pun diberikan pada deskripsinya, membuat rasa simpati kita semakin menjadi. Cukup memberikan jempol lalu dibagikan pada beranda kawan facebook Anda maka setiap pengguna yang melakukan kebodohan itu telah mendukung facebook untuk mendonasikan sekian dollarnya pada orang malang tersebut.

Jangan percaya pada pos tersebut, facebook tidak membutuhkan dukungan dari para penggunanya untuk bersimpati pada seorang yang mengalami kemalangan tersebut. Juga dengan kapasitas facebook yang notabene bukan perusahaan kecil lagi maka sangat tidak mungkin facebook hanya membantu perseorangan kecuali ada dalih tertentu dibalik itu, who knows. Ini yang paling logis, jika memang pihak facebook melakukan itu maka bukan akun dengan nama yang tidak jelas yang melakukannya, pasti ada akun official khusus yang melakukan itu dan pasti ada embel - embel facebook secara resmi tertera disitu atau mungkin rekaman rekomendasi dari staf facebook. Karena menurut pengalaman gw, setiap aktifitas facebook, jika itu benar berpengaruh maka pihak facebook akan membuat video rekomendasi. Ini terjadi pada graph search juga timeline.





A Hoax Information With Convicing Picture.

Ini tidak berbeda dengan kasus kedua, namun ini berbeda makna. Jika yang kedua hanya sebatas membodohi kita dengan informasinya juga dengan ruang lingkup sebatas facebook saja, maka ini lebih luas. Informasi palsu ini mengarahkan suatu pandangan yang salah akan banyak hal, tidak hanya sebatas dukungan atau gambar berubah saja. Contoh riilnya, baru - baru ini dunia facebook dihebohkan dengan kasus lintah yang tertelan hingga membunuh seseorang, lintah tersebut tertelan karena berada pada cah kangkung yang notabene tidak dimasak terlalu masak sehingga lintah itu aman sampai bisa berkembang biak hingga membunuh kita. Dari kebohongan ini tentu berdampak pada kehidupan sehari - hari kita, mulai dari para ibu yang paranoid mengenai hal ini sehingga menghilangkan menu kangkung dari masakan mereka contoh sederhananya. Tidak hanya sebatas diri kita dan sekitar facebook, bahkan sampai ke kehidupan sehari - hari kepada orang lain.

Ini sebenarnya adalah lelucon lama, seperti beberapa saat lalu kita dihebohkan juga dengan meninggalnya beberapa artis Hollywood. Ini merupakan suatu penipuan umum yang tidak hanya terjadi di dunia facebook saja, namun di internet keseluruhan. Untuk itu dalam menanggapi hal ini kita harus dituntut cerdas, internet adalah gudang informasi, baik atau buruknya itu, sehingga setiap informasi yang kita terima ada baiknya kita cari dulu kebenarannya, tentunya dengan "berselancar" di dunia internet dengan sumber dari berbagai sisi. Jika kita terus hanya sebagai konsumen dalam menikmati berbagai informasi yang beredar di internet maka sangatlah rawan kita menerima informasi hoax / palsu, belajarlah cerdas menguak, meneliti, atau apapun itu demi memperjelas sesuatu yang kita dapatkan, atau jika malas yah jangan pernah percaya pada setiap informasi yang kita terima dari internet secara blak - blakan. Hanya sekedar informasi namun tidak kita implementasikan dan percayai sebagai suatu hal yang valid. Afterall pesan dari gw cerdaslah dalam menerima informasi dari internet sehingga tidak mengusik orang di sekitar kita, dunia maya ataupun riil.

Saturday, March 16, 2013

Mount Bromo Trip. [III]

Akhirnya sampai juga di perumahan Suku Tengger, malam itu cukup indah, bintang terlihat jelas. Berbeda dengan kota yang langit malamnya berwarna oranye. Begitu sampai kami dihampiri jasa atau mungkin calo yang menawarkan Jeep. Ada dua pilihan wisata, 2 titik atau 4 titik. Gw tidak hapal betul tarif 2 titik wisata, mungkin sekitar 400 - 500 ribu jika tidak salah dan 4 titik dengan tarif 750 ribu. Dengan beberapa perundingan dan juga tawar - menawar akhirnya kami memilih tujuan 4 titik wisata dengan harga 650 ribu *tarif penyewaan Jeep dan supirnya* dengan tiket masuk yang kami tanggung sendiri. Setelah tawar - menawar itu kami berfoto sebentar lalu beristirahat sebelum nanti sekitar pukul 4 subuh kami memulai perjalanan kami menggunakan Jeep menuju pendakian pertama Gunung Bromo, tempat kami menyaksikan matahari terbit.

Tiba saatnya kami berangkat, menurut gw sih istirahat tadi cukup namun teman - teman yang lain sepertinya tidak, mereka masih mengantuk. Sebelum masuk ke kawasan wisata kami harus membeli tiket terlebih dahulu sambil mampir buang air kecil dengan antrian yang cukup lumayan dan tarif toilet yang cukup menggila. Tak apalah. Benar, teman - teman belum merasakan istirahatnya tadi dengan baik, sepanjang perjalanan menuju titik pertama semua tertidur kecuali gw dan supir walaupun dengan jalan yang memang tidak rata, namanya juga jalan gunung. Sepanjang jalan benar - benar gelap - gulita, kami tidak berangkat sendiri saat itu, banyak rombongan Jeep lain yang memiliki tujuan yang sama sehingga jalan yang nampak "buta" tersebut setidaknya cukup jelas arahnya. Setelah melewati padang pasir di daerah itu, kami naik lagi dengan tanjakan yang cukup terjal. Seperti yang gw bilang pada artikel sebelumnya, medannya memang berat, mobil - mobil kota takkan mampu melewatinya. Di perjalanan itu gw temui beberapa pengendara motor yang juga sedang naik menuju tujuan yang sama, beberapa tumbang dan harus menepi karena mesin yan tidak kuat. Di samping pengendara Jeep yang tidak memacu pelan kendaraannya, dengan medan terjal begitu memang tidak mungkin memelankan kecepatan dan juga malam itu sudah dapat dipastikan tidak ada yang turun ke bawah melawan arus naik.

Titik Pertama :

Tempat kami menyaksikan matahari terbit, akhirnya kami sampai. Perbedaan suhu yang cukup signifikan dibanding di perumahan Suku Tengger tadi, memang dingin di tempat tadi, tapi ini benar - benar dingin. Perlahan kami menaiki tangga menuju tempat tertinggi di tempat itu, suhu yang dingin dan minim pencayahaan menahan kecepatan kami. Sudah ramai di tempat itu, sulit sekali mendapat tempat terbaik. Subuh itu kami menunggu, menunggu sang surya untuk terbit. Di antara kami tidak ada yang tau arah timur pada daerah itu sehingga hotspot yang sebenarnya telah kami tempati malah kami tinggalkan dan itu ulah gw haha. . . Matahari mulai terbit, semua orang berkumpul di tempat yang lebih mengarah timur, kami harus mencari celah demi mendapatkan sudut terbaik dengan kondisi yang sudah ramai itu agar matahari terbit terlihat setidaknya cukup jelas. Gw bersama Unyi mencari tempat lain, yang terlewatkan oleh orang lain. Ternyata ada, walaupun matahari sudah cukup "di atas" tapi tak apalah lanjutkan saja. Selesai itu kami mencari mushola, teman - teman gw ingin melaksanakan ibadahnya. Suhu itu memang dingin, banyak yang melewatkan ibadahnya waktu itu tapi teman gw tak mau. Kesulitan air tak menghambat mereka, wudhu menggunakan pasir pun dilakukannya. Lalu kami turun sedikit lagi di mana kios - kios menjajakan dagangannya untuk sarapan, 2 buah pisang goreng, mie ukuran dobel dan jahe hangat menjadi menu sarapan gw pagi itu.




Titik Kedua :

Tujuannya kali ini kawah belerang, kami ada batas di mana mobil Jeep harus diparkirkan sehingga kami harus lanjut menuju kawah itu dengan berjalan kami di tengah hamparan Padang Pasir Bromo dan kotoran kuda yang tak jarang kami temui. Untuk informasi, mayoritas penduduk Suku Tengger itu adalah pemeluk agama Hindu, tak asing ketika gw menemukan satu - satunya bangunan di tengah padang pasir itu, sebuah Pure yang sepertinya telah dibangun cukup lama karena terlihat sangat natural dan handmade menurut gw. Itu cukup melelahkan, selain karena matahari yang cukup cerah sehingga pasir - pasir itu memantulkan cahaya dengan cukup baik juga medan perjalan yang menanjak ditambah dengan bau kotoran kuda yang menyengat. Yeay! Perjalanan itu memang berbukit namun sebelum tiba di kawah kami menaiki sebuah tangga yang konon siapa pun yang menghitungnya pasti takkan pernah sama jumlah anak tangganya. Yah jelas, perjalanan naik itu dilakukan dengan perjalan yang cukup jauh sekitar 1 kilometer atau mungkin lebih menurut perkiraan asal gw dan uap belerang yang semakin mendekat maka semakin tercium baunya. Setiba di atas pun kami tak lama, napas kami sesak, mata kami pedih, kandungan belerang di atas situ cukup kuat. Anehnya demi view di situ, tak sedikit orang tua yang membawa balita dan bayinya, cukup mengecewakan. Setelah itu kami langsung turun. Di perjalan turun, lagi kami bertemu senior kami dari SMK yang sebelumnya bertemu di kereta. Reuni kecil sempat kami lakukan lagi.

Titik ketiga:


Inilah bukit teletubies, tak seperti yang gw bayangkan sebelumnya. Ada sebuah rumah kecil ala Hobbit di film trilogi Lord of The Rings, matahari bayi, kelinci liar yang bersahabat dengan makhluk teletubies atau mungkin kios penjual kue tubbie setidaknya. Ternyata julukan itu diberikan karena wilayahnya yang berbukit, sangat ingin menaklukan bukit - bukit kecil itu dan tidur di sana, seperti yang dilakukan para teletubies, namun kami sedikit cukup merasa lelah dan juga matahari sudah cukup terik. Kami mencari daerah dekat yang jarang ilalangnya, gw dan Yoga tidur di situ sementara teman yang lain hanya duduk - duduk saja beristirahat. Entah berapa lama gw tertidur saat itu, matahari membangunkan gw dengan teriknya. Sial benar - benar panas. Gw langsung terbangun dan begitu pun Yoga, kami menuju sebuah PKL di dekat Jeep kami di parkir sambil diikuti yang lain di belakang. Ternyata mereka juga merasakan yang sama, akhirnya kami melanjutkan ke titik yang terakhir saja.

Titik terakhir:

Sebenarnya tidak ada yang spesial dari tempat ini, hanya saja jika kita memilih sudut yang tepat, foto - foto yang kita ambil di situ akan terasa arabian desert wannabe pada hasil potretannya. Hanya sebentar saja, bahkan Linda dan Yoga tak ikut turun, selain suhu, angin yang berhembus membawa banyak pasir dan itu terasa tidak nyaman bagi kami, kami langsung menuju Jeep saja. Kali ini gw dan Iinu bertukar posisi duduk, awalnya dia di depan bersama Linda. Diubah karena Unyi, Ulul, Iinu dan Yoga ingin bermain poker bersama di belakang. Unyi diam - diam tertarik juga akan permainan itu dan mereka bermain sepanjang perjalan kami kembali ke perumahan Suku Tengger.

Kembali. . .

Setibanya di perumahan Suku Tengger, kami langsung berpaling ke Malang. Lelah sudah jelas terasal. Hanya Yoga dan Ulul yang benar - benar terjaga sepanjang perjalanan sementara sisanya sesekali tertidur. Istirahat memang perlu, kami tiba pada kondisi di mana Yoga menggila dalam membawa kendaraan yang kami naiki. Tepat di belakang kami sebuah tronton terus membunyikan klaksonnya, bukan kepada kami, tapi kepada mobil Jeep jauh di depan kami. Mobil itu berjalan pelan di ruas jalur cepat, tak tahu sengaja, tak tahu atau iseng. Tertahan 4 mobil di belakangnya dan beberapa motor. Tak tahan, Yoga memacu kendaraan melawan arah. Gw sadari 1 hal, pengemudi Jeep tersebut itu sepertinya bodoh dalam berkendara. Dia tetap menjaga posisinya dan mobil di depan kami sudah sangat dekat. Tuhan masih melindungi perjalanan kami, kami selamat. Salah saja maka itu adalah kecelakaan mobil, gw yakin betul Yoga dan Ulul takkan turun dari mobil dengan keadaan normal lagi.

Akhirnya kami benar - benar bisa beristirahat, Unyi dan Ulul tak langsung istirahat. Ulul harus menemani Unyi mencari langsung tiket pulang menuju Jakarta, urusan bisnis menunggunya lusa, jika berangkat bersama kami maka dia akan melewatkan rapat penting itu. Walaupun harus ngeteng yang notabene lebih mahal, jauh dan lebih melelahkan tapi itu tetap dilakukannya. Sorenya Iinu bersama Yoga mengembalikan mobil, Linda dan gw lanjut beristirahat. Setelah Ulul selesai menemani Unyie sampai berangkat dan Yoga dan Iinu pun selesai kami mencari makan malam. Tidak mungkin gw dan Yoga tidur di kos Iinu maka kami berpindah ke kos Ulul. Yoga langsung tertidur tak lama kami merebahkan badan di kasur Ulul. Paginya dia langsung berangkat ke Yogya dan sore sekitar pukul 4 gw dan Linda juga berangkat menuju Jakarta.

@Stasiun Malang

@Stasiun Jatinegara, Temenin Linda Menunggu Kereta ke Bogor.



Thursday, March 14, 2013

Mount Bromo Trip. [II]

Iinu's secret weapon?!
Sekarang lanjut review gw setibanya di Malang setelah perjalanan yang cukup panjang tadi. Teman kami, Iinu, sudah menunggu di terminal untuk memandu kami menuju kos-nya. Check point pertama, kos Iinu. Oia satu hal yang menarik perhatian gw, jalan - jalan di Surabaya yang jalan utamanya terdiri dari 3 ruas dimana ada taman cukup ramai tanaman sebagai pembatas antar arah berlawanan dan pepohonan rindang di situ dan di tepi jalan di perjalanan gw sebelumnya dari stasiun menuju terminal cukup menyegarkan apalagi bila diingat itu sebuat kota dibanding kota tempat gw tinggal yang cukup gersang. Berbeda dengan Malang, jalannya cukup rumit, tidak sedikit gw temui perempatan jalan. Sungguh membingungkan bagi mereka yang baru tiba di daerah itu termasuk gw, tapi tak apalah, ada Iinu sebagai guide.

Istirahat sambil menunggu Ulul yang sedang memraktekan materi kuliahnya, mengamati dan menyimpulkan reaksi ikan yang diberi deterjen. Gw masih kurang paham dengan tujuan itu, yang gw tau, gw bisa langsung simpulkan efeknya pada ikan itu. Mati. That's all. Tapi secara ilmiah dan mungkin dibutuhkan data dan fakta mengenai dampak limbah rumah tangga terhadap ekosistem maupun ikan itu. Sekaligus gw bersama Linda menunggu Yoga dan Iinu yang sedang pergi menyewa mobil dengan motor Iinu sebagai jaminannya. Hanya Yoga yang bisa mengendarai mobil saat itu, namun menurut gw Yoga masih kurang berpengalaman sehingga terjadi beberapa kali mati mesin saat mengoper gigi but afterall our trip, he's a cool driver.

Watch out!! Yoga was driving.
Setibanya malam, yah karena kami ingin menyaksikan sunrise dari Gunung Bromo jadi kami memutuskan berangkat di waktu itu. Sebelumnya kami mampir di daerah Batu, nama yang aneh, tapi di sana ada tempat wisata kuliner yang asyik. Ada tansu (Baca: Ketan Susu) yang legendaris, katanya, pokoknya tansu dari Kemayoran, Jakarta gak ada tandingannya. Itu enak -- Udah gitu aja. Di awal kami ditolak oleh dua kios pedagang karena mereka kehabisan stok dan anehnya gw perhatikan pelanggan mereka seperti terus bertambah padahal dengan kondisi mereka yang kehabisan stok.

Selang dari kios pertama ke kios selanjutnya, kami sempatkan naik bianglala. Itu cukup seru lho, pemerintah di sana sepertinya tau betul cara menghibur warga, cukup tiga ribu sudah bisa menikmati itu dan anehnya di hari libur itu tidak ada antrian. Mungkin warga di sana sudah bosan, tapi bagi turis lokal kayak gw itu hiburan. Selesai dari itu dan penolakan kami di kios ke dua dan mulai putus asa dengan menu tansu malam itu, kami bertolak ke kios susu segar, bukan STMJ -- gw gak tau artinya apa -- yang kata Jupe sampai tumpeh - tumpeh. Itu enak dan inilah yang mungkin disebut orang lain takdir, the real legendary tansunya malah ketemu dan doi masih jualan. Gak sia - sia akhirnya, sambil nunggu pesanan kami yang memang lama, tidak gw ragukan pelanggannya mengantri, peluang bisnis sepertinya, Linda, Iinu, Yoga dan Ulul pun bermain poker dan gw bersama Unyi hanya menonton. Cukup lama kami menunggu dan rasa penasaran timbul kapan kami dilayani..... Oalah ternyata pesanan kami terlewat, setelah itu kami langsung dilayani dan mendapat pesanan kami.

Kenyang dengan tansu dan susu segar kami berpaling ke Gunung Bromo, seperti yang gw bilang tadi mengenai pengalaman Yoga menyetir. Akhirnya kami pun berinisiatif untuk berusaha tidak terlelap untuk menemani Yoga sampai tujuan. Apalagi dengan kodisi jalan yang menanjak, itu kenapa gw salut sama dia karena sukses membawa kami sampai ke atas. Walaupun terjadi sekali secara tidak sengaja mesin mati ditanjakan karena kami berpapasan dengan mobil yang turun sehingga Yoga harus menurunkan kecepatan sambil menjaga agar mobil tidak mundur, semua terdiam seperti menahan napas seolah hembusan napas bisa mendorong mobil mundur ke jurang. Mungkin berlebihan tapi begitulah momen itu berjalan. Selanjutnya perjalanan kami cukup mulus sampai akhirnya sekitar pukul 2 pagi kami tiba di check point kedua, perumahan Suku Tengger untuk selanjutnya menaiki Jeep yang disupiri oleh warga sekitar yang berpengalaman terhadap jalur Gunung Bromo karena medan yang ditempuh cukup berat bagi mobil biasa dan berbahaya bagi mereka yang tidak tahu betul wilayah itu.

Wednesday, March 13, 2013

Mount Bromo Trip. [I]

Tulisan ini gw buat demi membunuh waktu dalam perjalanan kembali kami ke Jakarta dari Malang. Sudah kira - kira 11 jam sejak keberangkatan kami dari Malang sekitar pukul 15.40 karena kereta yang kami naiki ditunda keberangkatannya untuk hal yang tidak jelas yang seharusnya berangkat pada 14.50. Cukup terasa sepi kepulangan kami sekarang, selain lelah beberapa dari kami harus pergi meninggalkan terlebih dahulu karena urusan bisnis dan ada pula yang melanjutkan perjalanannya ke tempat lain sehingga hanya tersisa kami berdua pada perjalanan pulang ini. Gw dan Linda.

Semua ini bermula dari keinginan salah satu dari kami, gw lupa siapa itu, di antara Unyi dan Yoga untuk melakukan backpacking ke Gunung Bromo. Tentunya dibarengi dengan tujuan awal untuk berkunjung ke dua teman kami, Iinu dan Ulul, yang sedang menyelesaikan pendidikan strata satu mereka di Universitas Brawijaya, Malang. Dari Jakarta kami berangkat berempat, gw, Yoga, Unyi dan Linda. Pada 15.35, 9 Maret 2013 kami berangkat menuju Surabaya, kami kehabisan tiket langsung menuju Malang sehingga harus ngeteng. Perjalanan yang cukup melelahkan bagi gw, itu pertama kalinya bagi gw untuk bepergian dengan kereta dengan jangka waktu yang cukup lama, 13 jam perjalanan kami. Itu pun terjadi pada yang lain, hal konyol pun terjadi pada Yoga, membeli koran yang diniatinya untuk dibaca diperjalanan yang ternyata dijual hanya untuk alas tidur. Alhasil dia kebingunan dengan koran yang dibelinya yang notabene waktu beredarnya sudah cukup usang dan hanya beberapa lembar saja. Sampai kami harus menjelaskan koran yang dibelinya bukanlah berita lagi melainkan alas tidur.

Oia sebenarnya seharusnya Yoga berada pada jatah kursi penumpang yang berbeda dari kami bertiga, karena dia membeli tiket di waktu yang berbeda dengan kami. Untunglah tempat kami tidak terisi penuh oleh penumpang lain, walaupun katanya tiket telah sold out tapi banyak sekali kursi kosong, gw tau itu ulah calo, tepat di posisi berhadapan tiga kursi, dua di antara depan kami kosong sehingga Yoga bisa bergabung dengan kami ditambah satu pria yang bergabung dengan kami, Mas Andi jika tidak salah namanya. Lima orang menuju Surabaya namun Mas Andi turun terlebih dulu karena tujuannya adalah Semarang. Sebelum berangkat Unyi dan Yoga pergi menuju kursi yang nomornya sesuai tertera pada karcis Yoga dan bertemu beberapa senior kami sewaktu SMK dulu, sempat terjadi reuni kecil saat itu.

Lari Nyi, Lari!
Di sepanjang perjalanan gw menyaksikan kehebatan Indonesia, lautan sawah membentang luas. Cukup melegakan mata ibukota ini yang sudah kenyang "dicekoki" muram dan sibuknya kendaraan. Lalu menjadi pertanyaan kecil mengapa kita harus mengimpor beras. Ah tidak gw pikirkan terlalu dalam, gw ingin berlibur. Sekitar pukul 5 pagi akhirnya kami tiba di Surabaya, tak lupa berfoto ria di stasiun Surabaya, terjadi momen lucu ketika Unyie secara tidak sengaja mengatur kamera dengan delay waktu yang hanya dua detik dan dia harus berlari menghampiri kami yang sudah siap berpose. Tentu dengan gap yang sedikit itu Unyi tidak bisa bergabung berpose bersama, hanya terlihat sekelias Unyi sedang berlari. Momen itu diulang, tentunya dengan gap waktu yang diperlama menjadi 10 detik agar cukup waktu bagi Unyi untuk menyetel kamera lalu berlari berpose bersama kami dalam sesi pemotretan itu.

Tak lama pemotretan itu, teman gw harus melaksanakan ibadahnya . Gw menunggu mereka menyelesaikan itu sebelum kami melanjutkan perjalanan kami mencari sarapan dan terus menuju Malang. Sewaktu sarapan gw melihat seorang penarik becak yang sudah cukup tua pada kondisi yang memrihatinkan bagi gw. Tidak bisa melakukan apa - apa, gw berharap beliau bisa membaik. Setelah sarapan kami berpaling menuju terminal Surabaya dan selanutnya naik bus menuju Malang, akhirnya mendapat kursi dengan posisi nyaman. Sepanjang perjalanan gw terlelap.

Perjalanan Menuju Terminal Surabaya.


Monday, March 4, 2013

Logika vs Iman


Kedua hal yang tidak pernah dapat disatukan kata kebanyakan orang, selain dianggap tabu, faktanya orang - orang yang pro pada logika berpikiran bahwa iman adalah suatu hal yang abstrak dan tidak bisa dibuktikan sahnya secara sains. Sebaliknya bagi mereka yang memiliki iman pada suatu tuhan mengatakan me-"logika"-kan Tuhan adalah dosa besar. Pemimpin agamapun tidak dapat menerangkan ini dengan betul, mereka juga menganut hal yang sama dan mereka hanya pandai bersilat lidah berdasarkan kitabnya dan jika mengalami suatu perlawanan kita dianggap meragukan kedaulatan Tuhan, kita berdosa.

Sebelum gw membawa ini lebih jauh, gw memberi penyataan bahwa gw tidak membahas agama manapun. Gw menuntut para religius untuk cerdas dalam beragama. Mungkin lucu ketika gw menyatakan untuk cerdas beragama, tapi sadarilah kecerdasan kita beragama ini untuk memastikan cinta kita pada Tuhan bukanlah cinta monyet. Suatu bawaan karena terlahir sebagai agama tertentu sehingga kita mengatakan agama tersebut terbaik. Tidak cerdas.

Gw pun tidak ragu mempelajari agama lain -- bukan untuk mencari kelemahan agama tersebut tetapi mempelajari nilai - nilai positif yang terkandung di dalamnya dan ketika tiba pada batas dogma gw berhenti untuk lanjut mempelajari agama lain tersebut. Lanjut ke pembahasan, kebenaran tentang Tuhan. Itulah yang seharusnya dicari oleh manusia. Dengan otak jenius yang diberikan Tuhan kepada manusia, adalah sebuah mitos jika kita dilarang mempelajari logika Tuhan. Salah satu hal yang gw yakin, hukum - hukum fisika yang salah satu peneliti atheisnya yang terkenal, Stephen Hawking pun juga milik Tuhan jadi jangan salah kaprah. Hanya saja mereka memilih jalan jauh dalam mencari kebenaran Tuhan.

Sayangnya logika menjadi tabu dilekatkan pada iman adalah ulah manusia sendiri. Kita terlalu taat sehingga takut mencari kebenaran Tuhan, semua hukum dan rumus di dunia ini diciptakan oleh-Nya agar kita bisa mengerti supaya kita tahu kebesaran-Nya. Tuhan tidak bekerja dengan sekejab mata, mungkin kitab - kitab kalian mengatakan begitu tapi hukum - hukum dan rumus terjadi pada setiap karya Tuhan dalam logika waktu-Nya yang belum kita mengerti di era sekarang. Bagi gw ketika ada seseorang beragama mengatakan adalah dosa untuk me-"logika"-kan Tuhan, justru itu meragukan kehebatan Tuhan.

Tolong ingat semua detail di semesta ini Tuhan tahu dan Beliau lah yang membuatnya. Yah Einstein, Archimedes atau siapapun ilmuan terkenal tersebut, dengan istilah apa mereka dikenal? Penemu. Mbah Sudjiwo Tedjo bilang, "Aku haqul yakin bahwa E = MC2 udah gentayangan sejak pra purba di semesta, tapi hanya jiwa / pikiran Einstein yg sanggup menangkapnya". Yah merekalah yang berhasil mentranslasikan logika Tuhan dalam bahasa manusia, ngomong - ngomong bahkan E = MC2 yang terkenal itu baru ditemukan pada abad 20 dan otak orang yang mentranslasikan itu yang notabene tercerdas di dunia baru dipakai sekitar 10 - 15 persennya saja. Itu kenapa gw katakan logika kita masih jauh untuk mengenal Tuhan.

Tidak berarti tabu, logika lo harus berjalan dalam memikirkan keimanan lo. Dengan begitu lo akan mengerti cara menghormati agama lain, menghormati sesama manusia. Sebaliknya kalian para penganut sains. Ada begitu banyak keajaiban dan mukjizat yang terjadi di dunia ini yang mungkin kalian bisa jelaskan atau mungkin juga tidak bisa sekarang sehingga itu baru akan bisa dijelaskan oleh tiga, empat, sampai seribu lebih generasi ke depan. Itu semua tidak mungkin terjadi tanpa suatu sebab, hukum sebab akibat, semua ada dalangnya. Mungkin kalian berkata, semesta ini bisa tercipta tanpa campur tangan Tuhan -- yah begitulah yang dikatakan Stephen Hawking si maha profesor ilmu fisika kuantum tadi.

Menurut gw itu adalah sebuah gap, sadarilah apa yang kita buat sekarang bahkan sangat ingin meniru kehebatan Tuhan. Autoservice - autorun, sebuah aplikasi yang berjalan tanpa bantuan manusia dan untuk melayani manusia itu sendiri. Siapa yang mau dipersulit dengan instal ulang produk Appl*-nya? Gw bukan pemakai produk itu, tapi gw paham betul ada kemudahan instal ulang / update SO (baca: Sistem Operasi) yang berarti semua data harus diformat dan di-restore seperti semula sehingga dengan SO baru kita bisa menikmati layanannya dengan data - data yang sama. Untuk melayani manusia menuju peradaban yang lebih baik. Bukankah sebuah kepastian dengan klaim bahwa Tuhan Maha Kuasa sehingga Beliau bisa membuat suatu aplikasi yang sangat rumit yang bersifat autorun? Beliau sebagai The Only One Developer sudah mengompile keseluruhan semesta sehingga cukup satu klik, semesta berevolusi dengan sendirinya? Lucu. Lho kita saja bisa, kenapa Tuhan tidak? Itu kan hanya logika manusia untuk menjelaskan kekuatan Tuhan. Nyata cukup logis untuk diterima otak manusia yang kritis ini.

Intinya kedua hal ini harus berjalan bersamaan, tidak sedikit profesor - profesor sains yang taat beragama kok. Dengan catatan iman dinomor satukan dan logika kalian sebagai pembimbing yang kedua setelah Tuhan. Supaya iman kita tidak dirusak oleh dogma - dogma ajaran yang sesat, cinta lo pada Tuhan tidak disesatkan dengan kecemburuan iblis. Sehingga tercapainya iman kuat dan pasti, seperti ilmu sains -- ilmu pasti. Begitupun Tuhan, Beliau pasti dan nyata secara iman maupun logika. Seperti pastinya ilmu dan rumus yang diciptakan-Nya.

Sunday, February 3, 2013

Menulis

Ini menjadi salah satu hobi gw sekitar 3 -  4 tahun belakangan ini dan menjadi sangat intens 2 tahun terakhir. Sewaktu kecil gw sempet mau melakukan ini, tapi gw merasa kurang percaya diri lalu gw hentikan hingga satu orang menginspirasi gw dengan blognya. Terima kasih buat salah satu teman baik gw semasa SMK karena dia yang berlangganan blog tersebut dan gw hanya sekilas melihat dan ikut membaca lalu gw menemukan kepercayaan diri karenanya.

Namanya Aldy Shekoski, itu cuma nama samarannya dan gw lupa nama aslinya siapa. Gw gak akan bahas banyak tentang dia karena gw cuma menjadi silent reader di blognya beberapa saat, karena ketika membaca beberapa artikel buatan dia maka langsung terbesit di pikiran gw. Yeah gw juga bisa! Tulisan dan bahasa yang digunakan dalam artikel - artikelnya menggunakan bahasa yang menarik tapi sangat polos (bukan artian innocence but pure himself). Perihal itu yang membuat gw kurang pede dulu. So first, i want to thank to that man, Aldy Shekoski.

Next, menulis ini banyak manfaatnya. Gak usah jauh - jauh memberikan dampak pada orang lain, gw gak pernah mengharapkan lebih dari tulisan - tulisan yang gw buat. Somehow ini menjadi kesenangan tersendiri, dulu sebelum tidur gw selalu memikirkan banyak hal tentang dunia. Dari overview scene hari itu, impian, sex, orang di sekitar gw, politik, ketuhanan, more, more and damn pikiran gw terlalu rumit. Menulis mengurangi semua itu, malam hari sebelum tidur gw menjadi simpel. Beberapa orang tiba - tiba menjadi maniak hal ini ketika sebuah trend naik, yah Raditya Dika. . . dia yang buat trend blogging naik dan gw muak orang yang heboh dan terbuai akan trend. Percayalah, sebentar itu booming dan suatu ketika mereka pengikut trend ini menghilang mengikuti trend lain.

Di samping itu yah bisa dibilang gw terbawa trend juga. Orang - orang besar kebanyakan menulis dan beberapa yang menginspirasi gw pun melakukan itu. Sebenarnya sih bukan trend bagi gw, bagi gw orang - orang sukses atau inspirator gw itu menulis pasti untuk menuangkan isi pikirannya agar tidak berlalu begitu saja. Juga pelajaran lain yang gw ingat, agar dapat menggapai impian lo maka kerjakanlah hal positif yang dilakukan mereka yang berhasil melakukannya. Yup kaya yang dikatakan motivator - motivator itu.

Banyak hal untuk mengekspresikan diri lo. Musik, warna atau tulisan. Semuanya memiliki kesulitan tersendiri tapi menurut gw yang paling simpel yang menulis. All you have to do is write. Menulis gak susah, kita melakukan ini hampir sepanjang waktu hidup kita -- tinggal menemukan gaya menulis yang pas menurut kita saja. Musik dan warna pun memiliki cara yang sama, intinya temukan dan tuangkan jati diri kita ke dalam karya itu. Sangat asyik!

Tulisan - tulisan ini menuntut kita untuk berinspirasi dengan konkret dan terstruktur walaupun kadang ada arti yang diawang - awang seperti puisi yang maknanya tersamar tapi tetap nyata secara emosi. Kebiasaan ini membuat kita berpikir jernih dalam hidup (beeuh mulai jadi idealis gw). Gak habis rasanya menulis itu, kecuali inspirasi dan waktu yang menghentikan.

Sunday, January 27, 2013

Busway, Transportasi Massal Jakarta


Busway? Maaf, Transjakarta tapi sebenarnya begitulah Transjakarta biasa disapa -- "Busway", padahal itu adalah nama jalur khusus tempat Transjakarta melintas. Reputasi Transjakarta tidak kalah dengan artis dalam negeri, kadang ditunggu - tunggu dan dikerumni saat kedatangannya namun jika memiliki kesalahan dicaci hingga dirusak karena suatu kekeliruan. Keberadaan Transjakarta ini memang sudah dinanti warga Jakarta dan sekitarnya, pasalnya belum ada kendaraan umum yang berintegrasi di Jakarta dan memiliki hak istimewa pula di jalanan Ibukota yang macet, yaah walaupun kadang diserobot juga.

Semua menginginkan Jakarta yang bersih, bebas banjir dan macet. Sebelum itu mari kita pisahkan banjirnya terlebih dahulu karena itu sudah keluar dari konteks pembicaraan. Bersih dan bebas macet, pengalaman saya sendiri saya belum pernah merasakan Jakarta yang begitu. Faktor - faktor penghalangnya banyak baik dari pihak pemerintah ataupun kita sendiri. Pemerintah sudah melakukan langkah yang cukup signifikan dengan diadakannya Transjakarta ini namun belum tegas melaksanakannya. Busway masih bebas diakses oleh kendaraan pribadi dan tidak ada sanksi tegas terhadap pelanggarannya. Saya pun orang yang menggunakan busway dengan motor saya, namun nanti saya jelaskan. Kembali ke topik, hasil dari pelanggaran ini menyebabkan tidak sedikitnya korban meninggal akibat tertabrak Transjakarta. Massa mengamuk menghancurkan hingga membakar bus Transjakarta, bagi saya ini merupakan kekeliruan. Jelas itu risiko memasuki jalur terlarang dan sudah hak bus Transjakarta memacu gas (dengan batas kecepatan yang ditentukan) di jalurnya. Akibat dari masuknya kendaraan pribadi ini maka busway menjadi macet, mengganggu kenyamanan penggunanya.

Lagi - lagi pemerintah harus tegas menetapkan larangan memasuki busway. Memang beberapa koridor tidak bisa ditetapkan peraturan seperti ini seperti salah satunya koridor 7.09 di wilayah Kramat Jati dikarenakan jalur di daerah tersebut hanya terdiri dari 2 - 3 ruas jalan. Tapi untuk jalur lain apalagi di tengah kota Jakarta ini akan sangat berguna. Kerasnya pemerintah melarang penggunaan busway akan mendorong para pengguna kendaraan pribadi untuk berpindah pada transportasi umum yang tidak memiliki sumbatan di jalurnya, Transjakarta.

Oia saya akan menjelaskan alasan saya memasuki busway dengan kendaraan pribadi saya, masalahnya mudah -- Transjakarta belum memiliki armada yang cukup dan baik. Sekali saya menggunakan Transjakarta untuk perjalanan ke klien saya di Tangerang dari Pasar Senen dan ini memakan waktu hampir 3 jam, menunggu hampir 2 jam baru hanya untuk menunggu bus di shelter Pasar Senen. Sungguh tidak efektif. Belum lagi tata tertib dalam pergantian keluar - masuk pengguna Transjakarta sungguh tidak rapih, betapa kasarnya para pengguna transportasi massal ini menerobos selagi yang lain keluar. Tidak peduli dia itu lansia, ibu - ibu, perempuan. . . terobos saja, dari pada menunggu bus berikutnya yang memakan waktu lebih lama.

Ada pun beberapa faktor lain seperti tertabrak bus Transjakarta saat menyebrang, bus terbakar akibat kebocoran solar atau pun hal - hal lainnya saya rasa itu harus menjadi perbaikan diri masing - masing. Saya mengkhususnya pada kedua hal tersebut. Warga Jakarta memang hebat, mereka bisa menyebrang jalan raya dengan tenang di mana pun. Menurut saya ini perilaku yang tidak tahu aturan, padahal tidak jauh beberapa meter darinya terdapat jembatan penyebrangan, tetapi tidak, mereka menerobos jalan raya. Ditambah kelalaian penyebrang, tidak sedikit saya dengar kasus penyebrang tertabrak bus Transjakarta. Lalu seringnya kebakaran bus, sangat terlihat bahwa perawatan armada jarang dilakukan kecuali mogok saat beroperasi. Cat mengelupas hingga terlihat karat. Sangat tidak layak bagi sebuah bus yang terus - menerus diisi penuh oleh orang.

Satu apresiasi saya terhadap Jokowi yang dengan naiknya Beliau maka terlihat mulai terawatnya armada - armada Transjakarta, di mata non-pengguna Transjakarta (saya). Di tambah Beliau sedang berencana membuat peraturan yang menyulitkan pengguna kendaraan pribadi untuk melintas dengan bebas di jalur utama Jakarta dengan tujuan mendorong digunakannya kendaraan massal agar tercapainya Jakarta bebas macet dan udara bersih. Saya setuju dengan program tersebut, walaupun banyak kontra yang timbul juga pengelakan terjadi terhadap peraturannya (Plat Genap - Ganjil) dengan membuat satu plat palsu lawan jenis plat yang dimiliki. Jika pun terjadi dan berhasil peraturan perketatan tersebut, maka saya menanyakan apakah siap kendaraan massal mengangkut ratusan ribu jiwa untuk datang dan keluar dari Jakarta secepat mereka masing - masing menggunakan kendaraan pribadinya? Atau bahkan lebih? Lalu tolong ingat, kenyamanan dan keamanan tetap menjadi prioritas. Saya harap itu mampu dilakukan.

Wednesday, January 9, 2013

Motivator Omong Kosong

Suatu pekerjaan yang katanya hebat, memberikan inspirasi bagi banyak orang. Memberikan pandangan - pandangan baik atau keputusan bijak dalam menjalani sebuah hidup. Namun sayangnya menurut gw itu omong kosong, motivator itu bisa siapa saja -- bahkan pembunuh sekalipun. Pada prinsipnya ilmu bisa dipelajari dari mana saja, sekali lo menutup salah satu jalur ilmu pengetahuan maka gw sayangkan itu karena lo rugi. Jadi dogma bahwa motivator adalah orang yang memberikan seminar - seminar dan membagikan ilmunya bagi gw adalah suatu omong kosong. Gw tetap berpendirian pada prinsip gw, ilmu bisa dari mana saja.

No offense pada orang yang menggeluti bidang ini, ini sah saja karena toh halal. Gw menujukan pada mereka yang terlena oleh gemerlap pendapat - pendapat bijak oleh motivator, bagi gw mereka pemalas! Walaupun tidak semua. Sejatinya ilmu terbaik adalah pengalaman, gak ada yang bisa benar - benar mengingatkan lo sebaik pengalaman, seberapa lo diangkat ke posisi yang lumayan dan dihempas sampai hina. Itu sangat berharga, sebuah seminar oleh Bill Gates, B.J. Habibie atau siapapun orang hebat di dunia ini takkan mampun menandinginya. Jadi ketika lo duduk manis mendengarkan orang sukses bercerita itu menurut gw ilmunya sedikit dan yah bisa kita lihat kita cuma duduk terpana oleh karisma motivator tersebut. Bisa saja gw sebut para hadirin seminar tersebut adalah konsumer. Bukan para creator atau innovator yang kerjanya justru utak - atik gak jelas mewujudkan imajenasinya.

Kasus - kasus yang terjadi riil, banyak sekali mereka yang bijak dalam berkata. . . namun dalam kehidupan sehari - hari nilai kepribadiannya cenderung rendah. Mengapa? Karena mereka hanya terbiasa mendengarkan suatu motivasi, cerita sedih yang membangkitkan semangat tapi tidak pernah merasakan jatuh. Jatuh yang dalam artian mendapat cobaan terbaik dalam hidupnya, mereka yang selalu pada zona nyaman. Mereka yang menghadiri seminar dalam pandangan gw malah cenderung terlihat seperti milyuner muda, bangga dan berapi - api akan motivasi yang baru didengarnya tapi kosong. Ingat Toph Ittipat pemilik bisnis kudapan rumput laut yang marak dijual di 7-eleven sebelum menjadi milyuner muda adalah anak yang nguntang - ngantung gak jelas yang bersikeras berbisnis tanpa tujuan, rugi dan terus merugi, tapi dia terus belajar dan itu yang harus dibayarnya demi ilmu dalam berbisnis *eits bukan demi kesuksesan*.

Bagi gw, motivator terbaik gw adalah pengalaman - pengalaman gw, di samping itu ada orang - orang sukses (bukan motivator) yang gw temui yang telah membuktikan bahwa obsesinya nyata. Mereka pun sama, pernah merasakan jatuh. Itu yang menjadikan gw semangat pada posisi paling rendah yang gw miliki, kadang gw menikmatinya sebagai salah satu cerita hidup gw. Ketika gw membayangkan orang - orang sukses itu merana demi obsesinya, mereka juga menikmati kesusahan itu. Satu hal yang gw yakini, gw berada jalur yang tepat menuju obsesi gw. Ini bukan kunci kesuksesan, ini versi gw dimana gw merasa yakin menjalaninya. Setiap orang memiliki plot motivasi yang berbeda sesuai obsesinya dan yah cuma pengalaman lo yang membuat lo paham betul tentang "Si Sukses" apa lo ini. Renungan - renungan juga koreksi dalam hidup lo sendiri kadang bisa menjadi kata mutiara yang lebih super dari pada punya om mario.

Gw harap orang - orang seperti ini berkurang, jika pun tetap tapi mereka tidak hanya berkutat mendengarkan saja. Yah seperti yang gw katakan tadi, itu hanya perilaku konsumtif dan nilainya tidak lebih dari kepuasan batin. Sama seperti junkfood. Maka tidak salah ketika gw katakan seorang motivator hanya omong kosong. Motivator terbaik tetap pengalaman dan obsesi lo, asistennya adalah orang - orang yang menginspirasi lo -- yah salah satunya motivator yang sering mengadakan seminar tadi.

Wednesday, January 2, 2013

Menurunnya Interaksi Oleh Kecepatan Informasi


Sekarang dunia berkembang cepat, dulu tiap awal bulan ngarep - ngarep dapet pos dari emak di kampung atau malam dapet telepon dari rumah gara - gara kalo telepon interlokal pada malam hari lebih murah. Semua sudah bisa dilakukan jauh lebih efisien, klo Sudjiwo Tedjo bilang tingkat kangen paling dasyat ketika dua orang tak saling telepon, SMS, BBM, tapi keduanya diam - diam saling mendoakan -- maka sekarang sudah jauh berbeda. Mention saja, di facebook, twitter, google+ atau situs jejaring sosial lainnya. . . ngobrol panjang lebar dan terobatilah kangennya. Namun apakah semudah itu?

Pernah terdengar sama gw suatu istilah yang sedikit aneh bahwa internet itu mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Semua orang seperti terpana oleh teknologi sehingga timbul opini itu. Tapi benar juga kalo diperhatikan, mata semua orang sekarang tertuju pada satu objek. Gadget. Tidak hanya pada saat waktu kosong, di tengah suatu komunitas pun bisa dilakukan. Menurut gw itu malah merenggangkan interaksi komunitas itu sendiri. Gw tidak menolak perkembangan dunia informasi, yah gw pun berkarir di bidang itu. Jujur saja nyatanya gw melihat langsung kerenggangan akibat ini.

Tidak sedikit mereka yang dulunya lumayan aktif dalam suatu ruang lingkup sosial riil menjadi redup, cenderung lebih aktif pada dunia mayanya. Ini terlihat cukup kontras. Apakah ini dampak negatif adanya perkembangan teknologi informasi? Gw juga menolak itu, menurut gw ini terjadi pada faktor internal maupun eksternal. Gw menemukan mereka yang tertutup dan pendiam di dunia riil, begitu aktif dan kritis di dunia maya. Interaksi sosial secara riil memang memiliki tantangan tersendiri, kita tidak hanya dihadapkan oleh teks - teks, emoticon dan profile picture lawan bicara namun juga tanggapan juga ekspresi langsung. 

Berbeda dengan eksternal, ini yang menyebabkan gw juga teralih ke dunia maya pada saat di tengah komunitas. Komunitas itu tersendiri nyatanya sibuk dengan dunia mayanya masing - masing, sehingga terlihat kita cenderung mati gaya. Lebih lanjutnya ini juga yang menuntut kita untuk mengikuti gaya tersebut. Tuntutan ini pun yang menyebabkan suatu kekonyoloan, melakukan interaksi maya ketika sedang duduk berkumpul bersama. Tiga sahabat yang duduk bersama di suatu kafe dan berbincang bersama menggunakan twitter atau facebook, sementara di dunia nyata terlihat seperti orang yang sibuk dengan gadget bersama sambil senyum - senyum tanpa memperdulikan teman semejanya. Ini cuma karangan gw aja, tapi toh terjadi.

Oia tolong diingat, komunitas ini bukan semacam club atau perkumpulan orang sehobi. Maksud gw ini adalah sekumpulan manusia yang berkumpul pada suatu tempat, melakukan interaksi sosial secara riil. Keluarga, teman, urusan bisnis atau apapun itu dan motifnya pun beragam. Gw pernah iseng membandingkan ini dengan beberapa teman gw di luar negeri. 

Elizabeth, teman gw yang satu ini tinggal di London. Dunia kami sungguh berbeda, sebuah pesta benar - benar sebuah pesta. Sementara di sini kita masih nongkrong - nongkrong sana sini, hang-out sampai clubbing maka mereka juga melakukan itu di rumah. Pesta bukan hal yang tabu di sana, demi kesenangan *eits gak semua kesenangan itu buruk lho. Gw pernah berbincang cukup lama dengannya mengenai kehidupan di sana dan juga gw melihat beberapa foto yang diunggah olehnya di beranda gw. Komunitasnya berjalan dengan baik, semua berpesta tanpa memegang gadget kecuali untuk memfoto. Menjadi pertanyaan bagi gw apakah gaya hidup suatu negara mempengaruhi ini? Mungkin alay itu bukan cuma istilah tapi nyata di sini.

Bagaimana dengan beberapa teman gw di negara lainnya? Sama saja, ketika sebuah komunitas terbentuk maka komunitas itu berjalan secara langsung. Tidak ada cerita karangan gw mengenai "tiga sahabat di sebuah kafe" tadi. Atau mungkin mereka juga melakukan hal yang sama? Hanya saja gw belum memperhatikan tiap fotonya dengan betul atau tidak tersorot oleh kamera yang fotonya diunggah ke facebook. Selalu ada pengecualian.

Apapun itu gw harap kemajuan teknologi ini tidak menjadi celah bagi kita untuk bersosialisasi secara langsung. Cukup bersibuk ria dengan gadget ketika kita sedang berada pada komunitas kecuali situasi penting. Bagi gw itu tidak nyaman. Jika suatu perihal kita terhalang sehingga tidak bisa bersosialisasi dengan orang lain maka sah saja, toh untuk itu teknologi dibuat.